Manajemen Hipertiroid pada Kehamilan

Hipertiroid pada kehamilan didefinisikan sebagai peningkatan kadar free T4. Hipertiroid terjadi pada 2/1000 kehamilan dimana 85% disebabkan oleh penyakit Graves. Hipertiroid yang tidak terkontrol selama kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia berat pada ibu, berat badan lahir rendah pada kehamila...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Reni Anggraeni (Author), Tjahya Aryasa EM (Author)
Format: Book
Published: Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC), 2022-07-01T00:00:00Z.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online.
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 doaj_2b8b4525158b431a874fb73f6ee7a06f
042 |a dc 
100 1 0 |a Reni Anggraeni  |e author 
700 1 0 |a Tjahya Aryasa EM  |e author 
245 0 0 |a Manajemen Hipertiroid pada Kehamilan 
260 |b Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC),   |c 2022-07-01T00:00:00Z. 
500 |a 10.47507/obstetri.v5i2.102 
500 |a 2615-370X 
520 |a Hipertiroid pada kehamilan didefinisikan sebagai peningkatan kadar free T4. Hipertiroid terjadi pada 2/1000 kehamilan dimana 85% disebabkan oleh penyakit Graves. Hipertiroid yang tidak terkontrol selama kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia berat pada ibu, berat badan lahir rendah pada kehamilan dan badai tiroid intraoperatif. Masalah perioperatif yang perlu diperhatikan pada ibu hamil dengan hipertiroid adalah sirkulasi hiperdinamik yang mengarah kepada gagal jantung, disritmia jantung, kesulitan pengelolaan jalan nafas, serta badai tiroid. Resiko badai tiroid dapat diminimalkan dengan persiapan preoperatif yang baik dari pasien hipertiroid, salah satunya dengan cara menghambat sintesa dan sekresi hormon tiroid sebelum operasi. Terapi utama hipertiroid pada kehamilan adalah propilthiourasil (PTU) dan methimazole dimana keduanya sama efektif dalam mengontrol tirotoksikosis dalam kehamilan. Akan tetapi, PTU lebih direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pengobatan hipertiroid pada kehamilan terutama di trimester pertama karena tidak mengganggu organogenesis. Manajemen anestesi operasi elektif termasuk optimalisasi kondisi pasien hingga eutiroid, dimana pengobatan diberikan selama 2-3 minggu, sebelum direncanakan operasi. Sedangkan pada kasus gawat darurat, pasien diberikan terapi seperti pada pasien dengan badai tiroid yaitu PTU, glukokortikoid intravena, natrium iodida, dan propranolol. Pasien hamil dengan hipertiroid tidak terkontrol yang akan dilakukan operasi darurat, diperlakukan seperti badai tiroid dan diberikan terapi sesuai. Tidak ada perbedaan signifikan antara anestesi umum dengan anestesi regional pada pasien hamil dengan hipertiroid, namun anestesi regional lebih dipilih karena resiko yang lebih kecil, dan dipersiapkan obat-obat untuk antisipasi terjadinya badai tiroid perioperatif 
546 |a ID 
690 |a hipertiroid 
690 |a kehamilan 
690 |a anestesi 
690 |a Gynecology and obstetrics 
690 |a RG1-991 
690 |a Anesthesiology 
690 |a RD78.3-87.3 
655 7 |a article  |2 local 
786 0 |n Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia, Vol 5, Iss 2 (2022) 
787 0 |n https://www.jurnalanestesiobstetri-indonesia.id/ojs/index.php/Obstetri/article/view/102 
787 0 |n https://doaj.org/toc/2615-370X 
856 4 1 |u https://doaj.org/article/2b8b4525158b431a874fb73f6ee7a06f  |z Connect to this object online.