Kecenderungan Gangguan Perilaku pada Anak dengan Sindrom Nefrotik
Latar belakang. Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu penyakit kronis yang memiliki tingkat kekambuhan tinggi sehingga rentan mengalami gangguan perilaku. Tujuan. Menilai perbedaan prevalensi gangguan perilaku pada anak dengan SN dibandingkan anak dengan penyakit kronis lainnya, baik yang mendapatka...
Saved in:
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2016-11-01T00:00:00Z.
|
Subjects: | |
Online Access: | Connect to this object online. |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
MARC
LEADER | 00000 am a22000003u 4500 | ||
---|---|---|---|
001 | doaj_4f40ece8e798402983a3f97224b0410f | ||
042 | |a dc | ||
100 | 1 | 0 | |a Diarum Puspasari |e author |
700 | 1 | 0 | |a Indria Laksmi Gamayanti |e author |
700 | 1 | 0 | |a Madarina Julia |e author |
245 | 0 | 0 | |a Kecenderungan Gangguan Perilaku pada Anak dengan Sindrom Nefrotik |
260 | |b Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, |c 2016-11-01T00:00:00Z. | ||
500 | |a 0854-7823 | ||
500 | |a 2338-5030 | ||
500 | |a 10.14238/sp17.1.2015.1-8 | ||
520 | |a Latar belakang. Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu penyakit kronis yang memiliki tingkat kekambuhan tinggi sehingga rentan mengalami gangguan perilaku. Tujuan. Menilai perbedaan prevalensi gangguan perilaku pada anak dengan SN dibandingkan anak dengan penyakit kronis lainnya, baik yang mendapatkan terapi steroid maupun tidak. Metode. Penelitian potong lintang yang melibatkan 33 anak pasien SN, 33 anak penyakit kronis dengan terapi steroid (KrS), dan 33 anak penyakit kronis tanpa terapi steroid (KrNS) usia 3-16 tahun di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta. Deteksi gangguan perilaku diukur menggunakan instrumen strength and difficulty questionnair (SDQ). Hasil. Prevalensi gangguan perilaku dan peer problems lebih banyak pada SN (36,4% dan 27,3%) dibandingkan KrS (9,1% dan 9,1%) dan KrNS(3% dan 3%). Dosis kumulatif steroid tinggi (OR 11,64; IK95% 2,33-58,06; p=0,003), frekuensi mondok lebih 2 kali (OR 10,08; IK95% 1,7-59,65; p=0,01) dan usia muda (OR 22,87; IK95% 1,9-274,71; p=0,01) merupakan faktor risiko terjadi gangguan perilaku. Faktor risiko peer problems adalah menderita SN (OR 12; IK95% 1,42-101,2; p=0,02) dan frekuensi mondok lebih dari 2 kali (OR 4,9; IK95% 1,31-18,24; p=0,01). Kesimpulan. Prevalensi gangguan perilaku dan peer problems ditemukan lebih banyak pada SN dibanding penyakit kronis lain, tetapi gangguan tersebut lebih dipengaruhi oleh dosis kumulatif steroid tinggi, frekuensi rawat lebih dari 2 kali, dan usia muda dibandingkan dengan penyakitnya | ||
546 | |a ID | ||
690 | |a sindrom nefrotik | ||
690 | |a gangguan perilaku | ||
690 | |a SDQ | ||
690 | |a Medicine | ||
690 | |a R | ||
690 | |a Pediatrics | ||
690 | |a RJ1-570 | ||
655 | 7 | |a article |2 local | |
786 | 0 | |n Sari Pediatri, Vol 17, Iss 1, Pp 1-8 (2016) | |
787 | 0 | |n https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/140 | |
787 | 0 | |n https://doaj.org/toc/0854-7823 | |
787 | 0 | |n https://doaj.org/toc/2338-5030 | |
856 | 4 | 1 | |u https://doaj.org/article/4f40ece8e798402983a3f97224b0410f |z Connect to this object online. |