Paradigma Pembelajaran Conditioning dalam Perspektif Pendidikan Islam

Tulisan ini mengkaji tentang paradigma pembelajaran conditioning dalam perspektif pendidikan Islam. Metode yang digunakan deskriptis analisis,Kajian membuktikan beberapa kesimpulan: Pertama: bahwa paradigma teori belajar behavorisme hanya mempelajari psikologi empiris positif, yang menghilangkan mak...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Samsul Bahri (Author)
Format: Book
Published: Institut Agama Islam Negeri Madura, 2018-01-01T00:00:00Z.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online.
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 doaj_546724f5632e42a69d54b6f2056d77e5
042 |a dc 
100 1 0 |a Samsul Bahri  |e author 
245 0 0 |a Paradigma Pembelajaran Conditioning dalam Perspektif Pendidikan Islam 
260 |b Institut Agama Islam Negeri Madura,   |c 2018-01-01T00:00:00Z. 
500 |a 1907-672X 
500 |a 2442-5494 
500 |a 10.19105/tjpi.v12i2.1581 
520 |a Tulisan ini mengkaji tentang paradigma pembelajaran conditioning dalam perspektif pendidikan Islam. Metode yang digunakan deskriptis analisis,Kajian membuktikan beberapa kesimpulan: Pertama: bahwa paradigma teori belajar behavorisme hanya mempelajari psikologi empiris positif, yang menghilangkan makna jiwa dari tingkah laku. Sementara itu, teori belajar dalam Islam memandang makna jiwa dan tingkah laku menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kedua, kajian ini juga membuktikan bahwa teori belajar conditioning, teori belajar paling rendah dalam teori Ibn Miskawaih yakni hanya penguatan daya nafsu al-bahimiyyat, (jasmani) belum sampai daya al-ghadabiyyat dan yang tertinggi daya al-nathiqat.Ketiga, penelitian ini juga membuktikan teori belajar conditioning bukan hal yang baru, karena sudah ada Ibnu Sina menggunakan talqin suatu metode yang cara kerjanya berulang-ulang sampai mereka hafal dan menggunakan metode pembiasaan dalam proses pengajaran.Keempat, dalam Islam, belajar instrumen (alat) untuk mendapatkan pengalaman atau pengetahuan baru adalah akal dan hati. Akal (al-aql) berfungsi menjelaskan sesuatu lebih kepada ranah yang lebih umum dan praktis dan hanya mampu menjangkau hal-hal empiris, sedangkan hati (qalb) mampu memahami sesuatu secara lebih mendalam, baik hal-hal yang sifatnya fisik (empiris) maupun metafisik. akal mengelola informasi yang didapatkan melalui suatu proses, sedangkan hati menerima ilmu yang melalui suatu proses maupun ladunni. Katakunci: Pembelajaran, conditioning, pendidikan Islam 
546 |a AR 
546 |a EN 
546 |a ID 
690 |a Education 
690 |a L 
690 |a Education (General) 
690 |a L7-991 
690 |a Islam 
690 |a BP1-253 
655 7 |a article  |2 local 
786 0 |n Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, Vol 12, Iss 2, Pp 196-213 (2018) 
787 0 |n http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/view/1581 
787 0 |n https://doaj.org/toc/1907-672X 
787 0 |n https://doaj.org/toc/2442-5494 
856 4 1 |u https://doaj.org/article/546724f5632e42a69d54b6f2056d77e5  |z Connect to this object online.