Akurasi Polymerase Chain Reaction (PCR) Dibandingkan dengan Uji Tuberkulin untuk Diagnosis Tuberkulosis pada Anak

Latar belakang. Penegakan diagnosis tuberkulosis (TB) pada anak sangat sulit, oleh karena gejalanya yang tidak khas serta sulitnya mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologis. Uji tuberkulin telah lama digunakan sebagai salah satu pemeriksaan penunjang yang penting untuk diagnosis TB anak....

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Nastiti Kaswandani (Author), Darmawan B Setyanto (Author), Nastiti Noenoeng Rahajoe (Author)
Format: Book
Published: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2016-11-01T00:00:00Z.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online.
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 doaj_85aed0a64e1d4c5ba72445a7c2b74b51
042 |a dc 
100 1 0 |a Nastiti Kaswandani  |e author 
700 1 0 |a Darmawan B Setyanto  |e author 
700 1 0 |a Nastiti Noenoeng Rahajoe  |e author 
245 0 0 |a Akurasi Polymerase Chain Reaction (PCR) Dibandingkan dengan Uji Tuberkulin untuk Diagnosis Tuberkulosis pada Anak 
260 |b Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,   |c 2016-11-01T00:00:00Z. 
500 |a 0854-7823 
500 |a 2338-5030 
500 |a 10.14238/sp12.1.2010.42-6 
520 |a Latar belakang. Penegakan diagnosis tuberkulosis (TB) pada anak sangat sulit, oleh karena gejalanya yang tidak khas serta sulitnya mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologis. Uji tuberkulin telah lama digunakan sebagai salah satu pemeriksaan penunjang yang penting untuk diagnosis TB anak. Beberapa tahun terakhir telah dikembangkan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi TB. Tujuan. Menilai akurasi pemeriksaan PCR dalam penegakan diagnosis TB anak serta perbandingannya dengan uji tuberkulin. Metode. Penelitian uji diagnosis yang menilai akurasi PCR terhadap baku emas diagnosis TB yaitu basil tahan asam (BTA) dan/atau biakan di RS Cipto Mangunkusumo, RSIA Harapan Kita, RS Budhi Asih, dan RS Persahabatan, tahun 2005-2007. Dilakukan pemeriksaan uji tuberkulin dan pengambilan spesimen dari dahak, bilasan lambung, cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening (dengan jarum halus), atau cairan serebrospinal untuk diperiksa PCR, sediaan langsung basil tahan asam dan biakan Mycobacterium tuberculosis. Hasil. Dari 181 pasien anak tersangka TB (suspected TB), didapatkan 13 pasien yang didiagnosis pasti TB (confirmed TB) sehingga didapatkan prevalens 7,2%. Sensitivitas dan spesifisitas PCR berturut-turut adalah 69% dan 57%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas uji tuberkulin berturut-turut adalah 77% dan 55%. Rasio kemungkinan positif (positive likelihood ratio) PCR dan uji tuberkulin berturut-turut adalah 1,62 dan 1,7. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan bahwa PCR tidak lebih superior dibandingkan dengan uji tuberkulin untuk mendiagnosis TB pada anak. 
546 |a ID 
690 |a polymerase chain reaction 
690 |a uji tuberkulin 
690 |a diagnosis 
690 |a tuberkulosis anak 
690 |a Medicine 
690 |a R 
690 |a Pediatrics 
690 |a RJ1-570 
655 7 |a article  |2 local 
786 0 |n Sari Pediatri, Vol 12, Iss 1, Pp 42-6 (2016) 
787 0 |n https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/543 
787 0 |n https://doaj.org/toc/0854-7823 
787 0 |n https://doaj.org/toc/2338-5030 
856 4 1 |u https://doaj.org/article/85aed0a64e1d4c5ba72445a7c2b74b51  |z Connect to this object online.