KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL MERAJUT HARKAT KARYA PUTU OKA SUKANTA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Penelitian ini bertujuannya adalah (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Merajut Harkat dan (2) mendeskripsikan konflik politik yang terdapat dalam novel Merajut Harkat ditinjau dari sosiologi sastra. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Objek penelitiannya adala...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: FAHRUDIN , ARIF (Author)
Format: Book
Published: 2010.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoums_11527
042 |a dc 
100 1 0 |a  FAHRUDIN , ARIF  |e author 
245 0 0 |a KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL MERAJUT HARKAT KARYA PUTU OKA SUKANTA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA  
260 |c 2010. 
500 |a https://eprints.ums.ac.id/11527/1/COVER_%2B_BAB_1.pdf 
500 |a https://eprints.ums.ac.id/11527/2/skripsi.pdf 
520 |a Penelitian ini bertujuannya adalah (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Merajut Harkat dan (2) mendeskripsikan konflik politik yang terdapat dalam novel Merajut Harkat ditinjau dari sosiologi sastra. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Objek penelitiannya adalah konflik politik dalam novel Merajut Harkat. Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan kata, kalimat, dan wacana yang di dalamnya terkandung gagasan mengenai unsur-unsur cerita. Sumber data primer adalah novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta. Sumber data sekunder adalah biografi Putu Oka Sukanta dan karya-karyanya. Teknik pengumpulan data, yaitu pustaka, baca dan catat. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah model dialektik yang dikembangkan oleh Lucien Goldmann. Hasil analisis struktural terhadap novel Merajut Harkat dapat diperoleh tema novel adalah mempertahankan nilai kemanusiaan dalam penderitaan. Tokoh-tokoh dalam novel, yaitu Mawa, Neo, Bejo, Harun, Pak Daud, Pak Harjo, Hanja, Pak Listiono, Bowo, Bung Adar, Handi, Pak Warih, Karso, dan Mbah Roto. Mawa sebagai tokoh utama merupakan tokoh yang mendominasi cerita dalam novel. Alur novel Merajut Harkat, yaitu maju (progresif). Latar novel Merajut Harkat adalah di kawasan Jakarta, yaitu rumah Mawa, Muara Karang, Sawah, dan Pasar. Penceritaan tokoh Mawa dalam novel Merajut Harkat berlangsung pada tahun 1966-1976. Analisis terhadap novel Merajut Harkat dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra khususnya teori konflik politik ditemukan dua jenis bentuk konflik, yaitu senjata-senjata pertempuran dan strategi politik. (1) senjata-senjata pertempuran meliputi (a) kekerasan fisik, berupa tindakan kekerasan, sistem yang menyebabkan kerusakan fisik, dan sistem yang menyebabkan kerusakan mental, (b) kekayaan, berupa penguasaan, dan kemampuan ekonomi digunakan untuk persekongkolan dan pembunuhan, (c) organisasi, berupa organisasi yang menentang kekuasaan, yaitu Manikebu, Para wartawan Mimbar Rakyat, CS, CC PKI, PGT AURI. Organisasi yang ingin mempertahankan kekuasaan, yaitu pasukan RPKAD dan Pemuda Pelajar, (d) media informasi, berupa radio RRI di gunakan untuk menginformasikan dan memberikan dukungan kepada gerakan PKI, koran ELBAHAR bertugas menginformasikan kepada pengikut PKI dan keadaan setelah meletusnya gerakan 30 September, koran Warta Bakti digunakan pemerintah untuk mencari dukungan dan menginformasikan keadaan setelah meletusnya gerakan 30 September, (2) strategi politik melipiti (a) perjuangan diam-diam, berupa penyelundupan surat rahasia dari CC PKI, penyebaran selebaran secara sembunyi kepada pendukung PKI, membuat sajak-sajak revolusioner di buletin bawah tanah PKI, usaha untuk mencari informasi di luar secara sembunyi-sembunyi, membangun gerakan setelah PKI dilarang, berhubungan dengan pihak luar dengan cara menyembunyikan koran dan papir info, pemberontakan yang terencana dan tersembunyi, dan merayakan hari jadi PKI setelah PKI sudah dilarang, (b) pergolakan di dalam rezim dan perjuangan untuk mengontrol rezim, berupa perjuangan untuk tetap melawan atau merebut kekuasaan walaupun sudah di dalam tahanan, dan berupa perjuangan untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara membelokade jalan-jalan dan memeriksa siapa saja yang lewat, (c) kamuflase. pertama, usaha kamuflase yang dilakukan kelompok yang melawan penguasa, yaitu dengan cara tidak memberikan berita-berita yang melemahkan semangat pendukung. Kedua, berupa kamuflase yang dilakukan pemerintah, yaitu dengan menggunakan pemberitaan koran-koran yang sedemikian rupa dan ganas untuk mencari dukungan rakyat dalam melawan PKI. 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a L Education (General) 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n https://eprints.ums.ac.id/11527/ 
787 0 |n A310060014 
856 \ \ |u https://eprints.ums.ac.id/11527/  |z Connect to this object online