PENETAPAN KADAR POLUTAN TIMBAL (Pb) DALAM SAWI CAISIN (Brassica juncea (L.)) DITANAM DI LOKASIRAMAI DAN SEPI LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

• Main Author: ARSYAD, ARIANI (Author)
• Format: Book
• Published: 2007.
• Subjects: Thesis; NonPeerReviewed
• Online Access: Connect to this object online
• Notes: https://eprints.ums.ac.id/15212/1/hal_depan.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/2/bab_1.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/3/bab_2.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/4/bab_3.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/7/bab_4.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/9/daftar_isi.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/10/dapus.pdf; https://eprints.ums.ac.id/15212/13/lampiran.pdf
• Keywords: RM Therapeutics. Pharmacology

Pencemaran lingkungan sangat meningkat seiring dengan kepadatan penduduk dan meningkatnya taraf hidup masyarakat. Banyaknya kendaraan bermotor di Indonesia yang masih tinggi merupakan salah satu faktor penyebab tingginya kontaminasi timbal pada lingkungan sehingga dapat menyebabkan sayuran yang ditanam dekat jalan padat lalu lintas mengandung timbal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya kandungan logam timbal pada sayur sawi caisin yang ditanam di lokasi ramai dan sepi lalu lintas kendaraan bermotor. Sampel diambil secara acak dalam satu spesies di lokasi tanam ramai yaitu desa Padas Jatinom-Klaten dan lokasi tanam sepi yaitu daerah Selo- Boyolali. Sampel kemudian dipreparasi dan diuji kadar logam timbal dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampel sawi caisin di lokasi tanam ramai dan sepi terdapat kandungan logam timbal. Konsentrasi rata-rata untuk logam timbal dalam sampel sawi caisin di lokasi tanam ramai adalah 0,1423 μg/g dan untuk logam timbal di lokasi tanam sepi adalah 0,05354 μg/g. Menurut statistik dapat disimpulkan bahwa hasil uji berbeda signifikan. Namun jenis sayuran sawi caisin masih layak dikonsumsi oleh masyarakat karena masih dibawah ambang batas normal menurut surat keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan nomor: 03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 2 ppm.