Telaah Kritis Tentang Teologi Pembebasan Dalam Pemikiran Asghar Ali Engineer Perspektif Islamic Worldview

Tesis ini mengkaji pemikiran Asghar Ali Enginer, seorang pemikir liberal dan praktisi teologi pembebasan asal India, Telaah kritis terhadap konsep Teologi Pembebasan perspektif Islamic Worldview. Dalam pandangan Asghar, inti semangat Islam adalah pembebasan dan kesamaan. Sehingga terhadap ayat-ayat...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Irfan S.H.I, Agus (Author)
Format: Book
Published: 2012.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Tesis ini mengkaji pemikiran Asghar Ali Enginer, seorang pemikir liberal dan praktisi teologi pembebasan asal India, Telaah kritis terhadap konsep Teologi Pembebasan perspektif Islamic Worldview. Dalam pandangan Asghar, inti semangat Islam adalah pembebasan dan kesamaan. Sehingga terhadap ayat-ayat yang dipandang masih bias, harus segera direkonstruksi sekalipun terhadap ayatayat yang dianggap mapan dan tetap (tsabit), seperti redefinisi terma kafir, pluralisme dan gender equality yang meliputi pemakaian jilbab, hukum waris, hudud, rajam, poligami dan lain sebagainya. Terhadap ayat-ayat demikian, Asghar menilai tidak lebih dari sekedar produk budaya Arab yang keberlakuannya bersifat partikular. Namun untuk menjaga melebarnya pembahasan, diskusi akan kami fokuskan pada beberapa produk pemikiran teologi pembebasan Asghar yang terdiri dari tiga topik yakni: diskursus Terma Kafir, diskursus Pluralisme, dan Diskursus Gender Equality. Bagi Asghar, al-Qur'an bersifat normatif sekaligus pragmatis, dan ajaran-ajarannya memiliki relevansi dengan zaman sekarang. Ajaran-ajaran yang demikian seharusnya tidak hanya diperlakukan sebagai ajaran yang normatif, namun juga harus dilihat dalam konteks di mana dan bagaimana ajaran tersebut harus diterapkan. Dengan semangat teologi pembebasan, maka kehidupan demokrasi, pluralisme, sekularisme, persamaan kedudukan laki-laki dan wanita dapat terwujud. Dan tentunya masyarakat Islam akan terlepas dari keterpurukan yang sedang mereka alami. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa seseorang belumlah dikatakan memahami ajaran Islam dan menangkap intinya, jika masih mengesampingkan konsep keadilan sosial ekonomi, persamaan jenis kelamin, ras dan kebebasan, serta menghargai harkat dan martabat manusia.
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/21992/1/2._HALAMAN_DEPAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/4/3._BAB_I.dpdf.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/5/4._BAB_II.dpdf.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/7/5._BAB_III.dpdf.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/10/6._BAB_IV.dpdf.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/12/7._BAB_V.dpdf.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/14/8._DAFTAR_PUSTAKA.dpdf.pdf
https://eprints.ums.ac.id/21992/23/10._Naskah_Publikasi.pdf