Self Disclosure Pada Remaja Difabel
Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik kecacatan yang dialami dari lahir maupun karena kecelakaan yang mengakibatkan seseorang menjadi cacat. Kondisi yang tidak sempurna membuat penyandang difabel memiliki keterbatasan dan hambatan dalam menjalani kehidupan dan memenuhi...
Saved in:
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2013.
|
Subjects: | |
Online Access: | Connect to this object online |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik kecacatan yang dialami dari lahir maupun karena kecelakaan yang mengakibatkan seseorang menjadi cacat. Kondisi yang tidak sempurna membuat penyandang difabel memiliki keterbatasan dan hambatan dalam menjalani kehidupan dan memenuhi kebutuhannya. Self disclosure merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam hubungan interpersonal, karena dengan adanya pengungkapan diri, seseorang dapat mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya, sehingga memunculkan hubungan keterbukaan. Tujuan dari penelitian ini adalah. memahami secara mendalam dan mendiskripsikan self disclosure pada remaja difabel dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure remaja difabel. Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling, yaitu pengambilan informan berdasarkan ciri-ciri dan kriteria-kriteria tertentu. Informan dalam penelitian ini adalah remaja-remaja penyandang difabel di Surakarta. Kriteria informan penelitian adalah: a) berusia 12-18 tahun, b) mengalami kecacatan secara perolehan. Hasil dari penelitian ini adalah Remaja-remaja yang mengalami kecacatan perolehan memiliki cara untuk melakukan self disclosure antara lain mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan, mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi, mengungkapkan beban pikiran yang sedang membebani dengan menceritakan kondisi tersebut agar orang tua, guru dan teman informan mengetahui kondisi yang sedang dirasakan. Faktor yang mempengaruhi remaja difabel dari keempat informan untuk membuka diri berbeda-beda, antaralain membuka diri kepada orang yang mempunyai masalah yang sama atau senasib, membuka diri pada seorang guru perempuan karena telah memberi perhatian dan motifasi, informan membuka diri pada teman dekat karena lebih mengerti situasi dan kondisi yang sedang dihadapi dan membuka diri ke pada orang tua karena informan beranggapan orang tualah yang paling paham kondisi yang sedang dirasakan informan. |
---|---|
Item Description: | https://eprints.ums.ac.id/25378/1/HALAMAN_DEPAN.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/2/BAB_I.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/3/BAB_II.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/4/BAB_III.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/6/BAB_IV.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/7/BAB_V.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/14/DAFTAR_PUSTAKA.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/16/LAMPIRAN.pdf https://eprints.ums.ac.id/25378/18/NASKAH_PUBLIKASI.pdf |