Asuhan Keperawatan Pada Tn. B dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Gangguan jiwa mengenai lebih dari 450 juta orang setiap tahunnya sedangkan di Indonesia sendiri ada 50 juta atau 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta pada tahun 2013 jumlah pasien rawat inap tiga bulan terakhirmencapai 1338 pasien,...
Saved in:
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2013.
|
Subjects: | |
Online Access: | Connect to this object online |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Gangguan jiwa mengenai lebih dari 450 juta orang setiap tahunnya sedangkan di Indonesia sendiri ada 50 juta atau 25 % dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta pada tahun 2013 jumlah pasien rawat inap tiga bulan terakhirmencapai 1338 pasien, dengan jumlah kasus 235 pasien dengan perilaku kekerasan, dilihat dari tingginya angka penderita ganguan jiwa, gangguan perilaku kekerasan menempati urutan ketiga terbanyak di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, tetapi jika dilihat dari resiko merugikan orang lain, seperti mengancam bahkan melukai orang lain, maka gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan menempati angka tertinggi dibandingkan gangguan jiwa yang lain. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan meliputi pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil klien bisa membina hubungan saling percaya, klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal, klien dapat menyimpulkan tanda-tanda ketika jengkel/kesal, klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan, klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik dan cara verbal. Kerjasama antar tim kesehatan dan pasien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi terapeutik dapat mendorong pasien lebih kooperatif, cara fisik ( tarik nafas dalam ) merupakan cara kontrol marah dan cara ini cara yang disukai klien. |
---|---|
Item Description: | https://eprints.ums.ac.id/25953/9/2._naskah_Publikasi.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/1/3._halaman_depan.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/2/4._BAB_I.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/3/5._BAB_II.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/4/6._BAB_III.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/5/7._BAB_IV.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/6/8._BAB_V.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/7/9._DAFTAR_PUSTAKA.pdf https://eprints.ums.ac.id/25953/8/10._LAMPIRAN.pdf |