Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Anak Down Syndrome Dengan Neuro Development Treatment Di YPAC Surakarta

Latar Belakang: Down Syndrome atau sindrom down merupakan kelainan kromosom, yaitu terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21) akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Manusia secara normal memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainny...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Lukitawati, Dyah Ermy (Author), , Agus Widodo, S.Fis, M.Kes (Author)
Format: Book
Published: 2013.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Latar Belakang: Down Syndrome atau sindrom down merupakan kelainan kromosom, yaitu terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21) akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Manusia secara normal memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah dan 23 lainnya diturunkan oleh ibu. Para individu yang mengalami down syndrome hampir selalu memiliki 47 kromosom, bukan 46. Ketika terjadi pematangan telur, 2 kromosom pada pasangan kromosom 21, yaitu kromosom terkecil gagal membelah diri. Jika telur bertemu dengan sperma, akan terdapat kromosom 21- yang istilah teknisnya adalah trisomi 21. Tujuan: Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi terhadap peningkatan tonus dan memperbaiki pola gerak pada anak down syndrome dengan menggunakan metode Neural Development Treatment (NDT). Hasil : setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil penilaian kekuatan otot fleksor shoulder kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, ekstensor shoulder kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, abduktor shoulder kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, adductor shoulder kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, eksorotator shoulder kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, endorotator shoulder kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, fleksor elbow kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6: 3, ekstensor elbow kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6 : 3, pronator elbow kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6 : 3, supinator elbow kanan dan kiri T1: 3, menjadi T6 : 3, palmar fleksor wrist kanan dan kiri T1 : 3, menjadi T6 : 3, dorsi fleksor wrist kanan dan kiri T1 : 3, menjadi T6 : 3, fleksor trunk T1 : 2, menjadi T6 : 2, ekstensor trunk T1 : 2, menjadi T6 : 2, side fleksor trunk kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, fleksor hip kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, ekstensor hip kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, abduktor hip kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, adductor hip kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, eksorotator hip kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, endorotator hip kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, fleksor knee kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, ekstensor knee kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2, plantar fleksor ankle kanan dan diri T1 : 2, menjadi T6 : 2, dorsi fleksor ankle kanan dan kiri T1 : 2, menjadi T6 : 2. Kesimpulan: modalitas fisioterapi pada kasus down syndrome yaitu Neural Developmental Treatment (NDT). Berdasarkan hasil pemeriksaan sebelum dan sesudah 6 kali terapi dengan metode Neural Developmental Treatment disimpulkan bahwa belum ada peningkatan pada kekuatan otot maupun kemampuan gerak.
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/26850/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/2/BAB_I.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/3/BAB_II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/4/BAB_III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/5/BAB_IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/6/BAB_V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/7/DAFTAR_PUSTAKA.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/9/LAMPIRAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26850/11/NASKAH_PUBLIKASI_ILMIAH.pdf