Penatalaksanaan Infra Red Dan Chest Physiotherapy Pada Bronchitis Acute Di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Latar Belakang : Bronchitis acute merupakan penyakit dan gangguan saluran napas yang diseabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus tanpa atau disertai dengan peradangan perenkim paru. Modalitas yang diberikan pada kondisi ini berupa Infra Red dan Chest Therapy. Tujuan:Karya Tulis ini bertuj...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Fitrianingrum, Martiana Rizqi (Author), , Isnaini Herawati, SSt. FT, M. Sc (Author)
Format: Book
Published: 2013.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Latar Belakang : Bronchitis acute merupakan penyakit dan gangguan saluran napas yang diseabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus tanpa atau disertai dengan peradangan perenkim paru. Modalitas yang diberikan pada kondisi ini berupa Infra Red dan Chest Therapy. Tujuan:Karya Tulis ini bertujuan untuk mengetahui manfaat, penatalaksanaan dan pengaruhchest therapy dan infra red pada penderita penyakit bronchitis acute pada anak dan bagaimana tanda dan gejala serta faktor-faktor penyebabnya Metode:Studi kasus dan pemberian modalitas infra red dan chest physioterapysetelahdilakukan 6 X terapi diperoleh hasil. Hasil:adanya penormalan suara nafas karena adanya mucus atau spuntum(T1): sputum berada di paru lobus atasparu kanan, pola pernapasan vesikuler disertai dengan ronkhi halus (crackles) dan akhir fisioterapi (T6): sputum sudah tidak ada di paru, pola pernapasan vesikuler/normal.Frekuensi sesak nafas yang menurun yang mengarah pada batas normal di ukur dengan inspeksi yaitu pada awal fisioterapi (T1): 46 per menit menjadi akhir fisioterapi (T6): 38 per menit .Adanya penurunan spasme otot trapezius dan sternocledomastoideus yaitu pada awal fisioterapi (T1): ada spasme pada otot trapezius dan sternocledomastoideus menjadi akhir fisioterapi (T6): tidak ada spasme.Mobilitas sangkar thoraks meningkat tentunya kearah yang baik untuk melakukan proses inspirasi dan ekspirasi yang maksimum dan normal yaitu awal fisioterapi (T1): axilla 1 cm, intercostalis ke V 0,5 cm dan lower costa/xiphoideus 1 cm dan akhir fisioterapi (T6): axilla 2 cm, intercostalis ke V 3 cm dan lower costa/xiphoideus 2,5 cm Kesimpulan: normalnya suara napas akibat sputum yang berlebih di saluran pernapasan,Sesak nafas yang menurun yang mengarah pada batas normal,Adanya penurunan spasme otot trapezius dan sternocledomastoideus,Mobilitas sangkar thoraks meningkat tentunya kearah yang baik.
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/26883/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/2/BAB_I.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/3/BAB_II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/5/BAB_III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/7/BAB_IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/9/BAB_V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/10/DAFTAR_PUSTAKA.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/11/LAMPIRAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/26883/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf