Perbedaan Efek Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi DosisTetap Dibanding Lepasan Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan Asam Saat Akhir Fase Intensif Pada Pasien Tuberkulosis Dewasa Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

Latar Belakang: Pengobatan TB memerlukan waktu yang panjang dan jumlah obat yang banyak. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) merupakan obat anti TB (OAT) yang berisi beberapa obat TB dan dikemas dalam satu tablet. Sedangkan OAT lepasan merupakan OAT yang disajikan secara terpisah. Konversi sputum BTA setela...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Cesar, Marini Daniar (Author), , dr. Riana Sari Sp.P (Author), , dr. indriyati Oktavianto R (Author)
Format: Book
Published: 2014.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Latar Belakang: Pengobatan TB memerlukan waktu yang panjang dan jumlah obat yang banyak. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) merupakan obat anti TB (OAT) yang berisi beberapa obat TB dan dikemas dalam satu tablet. Sedangkan OAT lepasan merupakan OAT yang disajikan secara terpisah. Konversi sputum BTA setelah fase intensif merupakan indikator untuk menunjukkan secara cepat hasil pengobatan TB setelah 2 bulan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas OAT KDT dibanding lepasan terhadap konversi sputum BTA pasien TB dewasa pada akhir fase intensif di BBKPM Surakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan retrospektif case control. Jumlah sampel penelitian sebanyak 88 sampel penderita TB yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tahapan pengambilan data dimulai dari pemilihan pasien TB yang berobat di poli TB berdasarkan OAT yang dikonsumsi lalu dilihat data rekam medisnya. Data dianalisis dengan menggunakan uji komparatif Chi Square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan jumlah sampel terbesar adalah sampel lakilaki yaitu 56 sampel dan kelompok umur terbesar 26-35 tahun. Kategori OAT dibedakan menjadi OAT KDT dan OAT lepasan, lalu untuk hasil konversi sputum BTA hasilnya adalah mengalami konversi dan tidak mengalami konversi. Hasil konversi sputum BTA setelah akhir fase intensif dengan menggunakan OAT KDT adalah 72,72% dan hasil konversi sputum BTA setelah akhir fase intensif dengan menggunakan OAT lepasan adalah 65,90%. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna OAT KDT dibanding lepasan terhadap konversi sputum BTA saat akhir fase intensif pada pasien TB dewasa (p = 0,644). Simpulan: OAT KDT tidak berbeda bermakna dibandingkan OAT lepasan terhadap konversi sputum BTA saat akhir fase intensif pada pasien TB dewasa
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/28156/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/2/BAB_I.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/3/BAB_II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/4/BAB_III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/6/BAB_IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/7/BAB_V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/14/DAFTAR_PUSTAKA.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/15/LAMPIRAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/28156/16/NASKAH_PUBLIKASI.pdf