Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) Di RS. Paru Dokter Ario Wirawan Salatiga

Latar Belakang : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis) merupakan gejala sisa. Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran klinis mirip Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Penyebabnya adalah akibat infeksi TB yang dipeng...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Suntari, Senny (Author), , Isnaini Herawati, S.Fis., M.Sc (Author)
Format: Book
Published: 2014.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Latar Belakang : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis) merupakan gejala sisa. Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran klinis mirip Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Penyebabnya adalah akibat infeksi TB yang dipengaruhi oleh reaksi imun seseorang yang menurun sehingga terjadi mekanisme makrofag aktif yang menimbulkan peradangan nonspesifik yang luas. Sehingga menimbulkan gangguan berupa adanya sputum, terjadinya perubahan pola pernapasan, dan penurunan ekspansi sangkar toraks. Adapun peran fisioterapi pada kondisi Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) ini adalah membantu membersihkan jalan napas, meningkatkan ekspansi sangkar toraks dan menurunkan atau mengontrol frekuensi pernapasan yang tidak normal. Tujuan : Untuk mengetahui manfaat pemberian IR, Breathing Exercise, Coughing Exercise, dan Mobilisasi Sangkar Toraks dapat melancarkan pengeluaran sputum atau membersihkan jalan napas, meningkatkan ekspansi sangkar toraks, dan dapat menurunkan atau mengontrol frekuensi pernapasan yang tidak normal pada kondisi SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis). Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian pembersihan jalan napas atau pengeluaran sputum yaitu T1 : masih terdapat sputum menjadi T6 : masih terdapat sputum, peningkatan ekspansi sangkar toraks pada bagian axilla T1 : 2 menjadi T6 : 2.8, pada bagian xypoideus T1 : 1 menjadi T6 : 2, penurunan frekuensi pernapasan pada T1 : 28 x/menit menjadi T6 : 25 x/menit. Kesimpulan : IR, breathing exercise, coughing exercise dan mobilisasi sangkar toraks yang dilakukan secara rutin akan didapatkan hasil yang bermanfaat untuk mengatasi kondisi SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis).
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/31121/1/HALAMAN_DEPAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/2/BAB_I.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/3/BAB_II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/5/BAB_III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/8/BAB_IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/11/BAB_V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/12/DAFTAR_PUSTAKA.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/16/LAMPIRAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/31121/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf