Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Eksaserbasi Akut Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

Latar belakang : Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi akut merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang menyebabkan permasalahan fisik yang berhubungan denga...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Bakti, Adhitya Kusuma (Author), , Dwi Rosella K, S.Fis., Ftr., M.Fis (Author)
Format: Book
Published: 2014.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Latar belakang : Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) eksaserbasi akut merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang menyebabkan permasalahan fisik yang berhubungan dengan gangguan pernafasan dan modalitas yang diberikan pada kondisi ini adalah breathing exercise dan coughing exercise. Tujuan Karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui manfaat pemberian breathing exercise dan coughing exercise pada kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronik untuk mengurangi sesak nafas, meningkatkan mobilitas sangkar thorak, mengurangi nyeri dada. Berdasarkan sudut pandang fisioterapi, pasien PPOK menimbulkan berbagai tingkat gangguan antara lain Impairment berupa batuk, nyeri dada, sesak nafas, odema, terjadinya perubahan pola pernafasan, rileksasi menurun, perubahan postur tubuh, functional limitation meliputi gangguan aktivitas sehari-hari. Metode : studi kasus pemberian breathing exercise dan coughing exercise setelah dilakukan enam kali terapi diperoleh hasil. Hasil : frekuensi sesak nafas yang menurun diukur menggunakan skla borg yaitu pada awal fisioterapi (T1) : 4 ( Sesak sedikit berat ) menjadi akhir fisioterapi (T6) 2 ( sesak ringan ). Adanya peningkatan Mobilitas sangkar thorak kearah yang lebih baik untuk melakukan proses inspirasi dan ekspirasi maksimum dan normal. Penurunan nyeri dada yang diukur menggunakan visual Analoge Scale (VAS) yaitu pada awal fisioterapi (T1) : nyeri diam : 1 ( nyeri ringan ), nyeri gerak : 2 ( nyeri ringan ), nyeri tekan : 4 ( nyeri sedang ) menjadi akhir fisioterapi (T6) : nyeri diam : 0 ( tidak nyeri ), nyeri gerak : 0 (tidak nyeri), nyeri tekan : 2 ( nyeri ringan). Kesimpulan dan saran : dapat disimpulkan terdapat keberhasilan dalam membantu menurunkan sesak nafas, meningkatkan mobilitas sangkar thorak ke arah yang lebih baik dan membantu menurunkan nyeri. Saran selanjutnya adalah untuk menjaga kesehatan diri dan lingkunan sekitar rumah pasien.
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/32410/1/HALAMAN%20DEPAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/2/BAB%20I.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/3/BAB%20II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/4/BAB%20III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/5/BAB%20IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/6/BAB%20V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/7/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/8/LAMPIRAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/32410/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf