Identifikasi Profil Industri Kerajinan Sangkar BurungDengan Pendekatan SCM (Supply Chain Management)Di Kecamatan Jebres Kabupaten Surakarta)

Industri kerajinan terbesar di kecamatan Jebres, Surakarta ialah kerajinan sangkar burung karena memiliki jumlah terbanyak dibandingkan dengan kerajinan lainnya. Dalam sebuah produksi pastinya memiliki sistem rantai pasok atau supply chain management. Rantai pasok tersebut dapat diketahui apakah ker...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Kuswardhana, Arief (Author), , Hafidh Munawir, S.T., M.Eng (Author), , Siti Nandiroh, S.T., M.Eng (Author)
Format: Book
Published: 2015.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Industri kerajinan terbesar di kecamatan Jebres, Surakarta ialah kerajinan sangkar burung karena memiliki jumlah terbanyak dibandingkan dengan kerajinan lainnya. Dalam sebuah produksi pastinya memiliki sistem rantai pasok atau supply chain management. Rantai pasok tersebut dapat diketahui apakah kerajinan tersebut memiliki rantai yang pendek atau panjang, kemudian diketahui mengenai bagaimana permintaan yang terjadi. Supply chain management ialah suatu sistem yang ada dalam sebuah kegiatan yang dari bahan mentah atau bahan baku kemudian diproses untuk dijadikan bahan jadi dan dikirim kekonsumen akhir melalui berbagai tahap atau level rantai pasok. Didalam SCM sendiri terdapat sebuah bullwhip effect yang artinya ialah suatu kejadian pada satu level konsumen terjadi lonjakan kecil akan mengakibatkan lonjakan besar di level yang jauh dari konsumen. Langkah yang dilakukan yaitu mengumpulkan data 50 pengrajin yang ada untuk dilakukan identifikasi. Data yang dikumpulkan yaitu mengenai bahan baku, proses produksi, pemasaran, dan support pemerintah. Dari hasil identifikasi, daerah asal bahan baku yang sering dibeli oleh pengrajin ialah daerah Tipes. Kemudian untuk jenis sangkar burung yang diproduksi ada 2 jenis yaitu lingkaran dan segi empat. Untuk daerah pemasaran sendiri dari pengrajin sebagian besar dijual ke pengepul terlebih dahulu. Kemudian dari pengepul baru dijual kekonsumen. Konsumen terbanyak berasal dari Bali. Hasil dari perhitungan bullwhip effect untuk level pengrajin ke pengepul memiliki nilai BE 2,850 dan pada level pengepul ke konsumen memiliki nilai BE 1,214. Yang artinya dikedua level tersebut nilai BE > 1 menandakan permintaan yang ada tidak stabil. Beberapa faktor untuk mengatasi adanya bullwhip effect antara lain harus memenuhi waktu lead time, informasi pesanan yang sesuai dengan permintaan, dan dapat dilakukan pemendekan rantai pasok dengan cara pengrajin membuat sangkar burung dari proses awal sampai akhir. Kata Kunci: Bullwhip Effect, Jebres, Kerajinan Sangkar Burung, Supply Chain Management
Item Description:https://eprints.ums.ac.id/35576/18/Naskah%20Publikasi.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/16/Halaman%20Depan.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/3/BAB%20I.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/4/BAB%20II.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/5/BAB%20III.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/7/BAB%20IV.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/9/BAB%20V.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/10/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/12/LAMPIRAN.pdf
https://eprints.ums.ac.id/35576/20/Pernyataan%20Publikasi%20Ilmiah.pdf