GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS
Salah satu hal yang dapat meringankan dakwaan adalah mengakui kesalahan yang telah diperbuat, namun seorang residivis pada saat siding mengakui kesalahan tetapi setelah bebas melakukan kembali tindak kriminal kembali. Residivis oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan ya...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2010.
|
Subjects: | |
Online Access: | Connect to this object online |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
MARC
LEADER | 00000 am a22000003u 4500 | ||
---|---|---|---|
001 | repoums_9209 | ||
042 | |a dc | ||
100 | 1 | 0 | |a SETYONUGROHO, TRI |e author |
245 | 0 | 0 | |a GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS |
260 | |c 2010. | ||
500 | |a https://eprints.ums.ac.id/9209/2/F100020204.pdf | ||
500 | |a https://eprints.ums.ac.id/9209/1/F100020204.pdf | ||
520 | |a Salah satu hal yang dapat meringankan dakwaan adalah mengakui kesalahan yang telah diperbuat, namun seorang residivis pada saat siding mengakui kesalahan tetapi setelah bebas melakukan kembali tindak kriminal kembali. Residivis oleh masyarakat dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan yang selalu meresahkan masyarakat sehingga perlu diwaspadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dinamika guilty feeling pada residivis. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 5 residivis Lembaga Pemasyarakatan IIA Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya rasa bersalah pada residivis berawal dari rasa malu dengan orang tua dan keluarga besarnya, residivis merasa tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup anaknya untuk sekolah dan hidup sehari-harinya, merasa malu dengan masyarakat, menyesal dengan keadaannya sekarang yang harus menjalani hukuman di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Proses munculnya guilty feeling terjadi pada saat akan tidur atau sesudah dikunjungi oleh anggota keluarga. Selian itu, pada saat informan tidak memiliki kegiatan dan hanya berdiam diri terkadang muncul perasaan bersalah pada dirinya. Kosekuensi perasaan bersalah pada residivis dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu positif dan negatif. Adapun bentuk konsekuensi perasaan bersalah yang bersifat positif antara lain adalah berdoa dan mendekatkan diri kepada sang Khalik dengan melakukan sholat tahajud, wiridan, berdoa kepada Tuhan, dapat merubah pribadi yang dahulunya keras menjadi pribadi yang halus terhadap teman-teman sesama narapidana, melakukan brain stoarming dengan sesama narapidana. Sedangkan bentuk konsekuensi perasaan bersalah yang bersifat negatif antara lain adalah ingin menyakiti diri sendiri, adanya keinginan bunuh diri, minum minuman beralkohol, kepala terasa pusing, susah tidur. Perasaan bersalah pada residivis biasanya muncul pada saat setelah residivis dikunjungi oleh keluarganya, ketika malam hari menjelang tidur dan ketika bangun tidur serta ketika sedang sendiri. | ||
546 | |a en | ||
546 | |a en | ||
690 | |a BF Religion and Philosophy | ||
655 | 7 | |a Thesis |2 local | |
655 | 7 | |a NonPeerReviewed |2 local | |
787 | 0 | |n https://eprints.ums.ac.id/9209/ | |
787 | 0 | |n F100020204 | |
856 | \ | \ | |u https://eprints.ums.ac.id/9209/ |z Connect to this object online |