SKRIPSI BIAS GENDER DALAM HUKUM ISLAM (Study Kritis terhadap Kitap Matan Taqrib Karya Ahmad bin al-Husain bin Ahmad al-Isfahani)

Islam sebagai agama yang diyakini sebagai agama rahmat li al-'alamin kemudian mendapatkan sorotan. Sebagian kajian menyimpulkan bahwa Islam adalah agama Misoginis jika dilihat dari formulasi ajaran-ajarannya yang mengandung bias laki-laki, berpihak kepada laki-laki. Mengingat persoalan ini pent...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Widyatmoko, Tisna (Author)
Format: Book
Published: 2010.
Subjects:
Online Access:Connect to this object online
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoums_9372
042 |a dc 
100 1 0 |a  Widyatmoko, Tisna  |e author 
245 0 0 |a SKRIPSI BIAS GENDER DALAM HUKUM ISLAM (Study Kritis terhadap Kitap Matan Taqrib Karya Ahmad bin al-Husain bin Ahmad al-Isfahani)  
260 |c 2010. 
500 |a https://eprints.ums.ac.id/9372/1/C100040205.pdf 
500 |a https://eprints.ums.ac.id/9372/2/C100040205.pdf 
520 |a Islam sebagai agama yang diyakini sebagai agama rahmat li al-'alamin kemudian mendapatkan sorotan. Sebagian kajian menyimpulkan bahwa Islam adalah agama Misoginis jika dilihat dari formulasi ajaran-ajarannya yang mengandung bias laki-laki, berpihak kepada laki-laki. Mengingat persoalan ini penting, maka akan sangat menarik menelusuri tentang proses panjang formulasi mengenai pencitraan Islam terhadap perempuan dan relasi gender secara lebih seksama. Penelusuran terhadap akar pandangan akan dimulai dari kajian teologis mengenai posisi perempuan dan Islam. Salah satu contoh konkret dari formulasi agama yang bersumber dari pencitraan perempuan dalam teologi Islam adalah dalam fiqh. Contoh paling konkret mengenai posisi dan kedudukan perempuan dalam fiqh Islam yang disinyalir memuat diskriminasi terhadap perempuan adalah dalam Fiqh Ibadah, Munakahah, dan Muammalah-Siyasah. Dalam Fiqh Ibadah, misalnya ditetapkan aturan-aturan tertentu yang membedakan antara laki-laki dengan perempuan. Misalnya mengenai kepemimpinan dalam shalat, seluruh kitab fiqh klasik dan modern selalu menyebutkan syarat-syarat, antara lain Islam, baliqh, berakal dan laki-laki. Berangkat dari keprihatinan tersebut penulis, berusahan mengadakan penelitian dari salah satu kitab fikih yang biasa digunakan di dikalangan pesantren, yaitu Kitab Fathul Qarib. Dari kitab ini penulis berusahan mencari dan meneliti kandungan yang dianggap berbias gender. Adapun hasil dari penelitian ini adalah beberapa redaksi yang dianggap berbias gender lebih dikarenakan pemhaman ulama dalam mensikapi keadaan pada masanya. Namun, tidak semua redaksi yang ada lebih mementingkan laki-laki (berbias gender). Bagaimanapun juga kedudukan perempuan tetap diposisikan sesuai dengan kodrat yang melekat pada diri perempuan itu sendiri. Kalaupun ada anggapan bahwa dalam ini terdapat redaksi yang dianggap bias gender, disebabkan beberapa faktor, diantaranya, pertama adanya perbedaan persepi dalam memandang perempuan. Kedua, adanya perbedaan situasi lingkungan yang melatar belakangi terhadap hasil pemikiran dalam menyusun Kitab Matan Taqrib. Ketiga, posisi perempuan dalam redaksi al-Qur'an maupun as-sunnah berada pada posisi tidak sama dengan kedudukan lak-laki. Keempat, dalam keadaan tertentu perempuan memang tidak bisa berada pada posisi yang sama dengan laki-laki, misalnya seorang perempuan tidak akan pernah bisa menjadi imam shalat bagi laki. Tapi harus diakui bahwa Kitab merupakan salah kitab fiqh populer dan menjadi rujukan para santri di pesantren dan masyarakat. Hasyiyah (penjelasan atas penjelasan) dari kitab taqrib juga menjadi salah satu dari 13 kitab yang ditetapkan menjadi pedoman Peradilan Agama dalam menetapkan dan memutuskan perkara sebelum lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia. 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a K Law (General) 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n https://eprints.ums.ac.id/9372/ 
787 0 |n C100040205  
856 \ \ |u https://eprints.ums.ac.id/9372/  |z Connect to this object online