ANALISIS PERBANDUNGAN SITUATIVEGANZUNG DAN LOKALANGABE DALAM TEKS BERITA PADA KORAN SUDDEUTSCHE ZEITUNG

Dalam penelitian ini dikaji tentang perbandingan Situativergänzung dan Lokalangabe karena dalam pembelajaran bahasa Jerman pembelajar sering mengalami kesulitan untuk membedakan kedua unsur ini. Hal ini sangat mungkin terjadi karena Situativergänzung dan Lokalangabe memiliki bentuk yang sama dalam k...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Kikianna Sihombing, - (Author)
Format: Book
Published: 2011-02-25.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Dalam penelitian ini dikaji tentang perbandingan Situativergänzung dan Lokalangabe karena dalam pembelajaran bahasa Jerman pembelajar sering mengalami kesulitan untuk membedakan kedua unsur ini. Hal ini sangat mungkin terjadi karena Situativergänzung dan Lokalangabe memiliki bentuk yang sama dalam kalimat. Akan tetapi, kedua unsur ini memiliki fungsi yang berbeda dalam kalimat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan unsur - unsur yang membentuk Situativergänzung dan Lokalangabe, 2) mendeskripsikan verba yang muncul dalam Situativergänzung, 3) menganalisis perbedaan Situativergänzung dan Lokalangabe. Dari tujuan penelitian ini diharapkan penulis dan pembelajar bahasa Jerman dapat memahami dengan jelas perbedaan kedua unsur ini. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan diambil dari surat kabar Süddeutsche Zeitung edisi Juni-Juli 2010 dengan rubrik berita olah raga. Untuk menganalisis data digunakan Teori Grammatika Dependensi (TGD). Dalam penelitian ini, penulis menganalisis sepuluh teks. Setelah penulis membaca kesepuluh teks ditemukan 14 kalimat yang mengandung Situativergänzung dan 86 kalimat yang mengandung Lokalangabe. Dari hasil analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pada Situativergänzung terdapat lima kalimat dengan satu unsur pembentuk, tiga kalimat dengan dua unsur pembentuk, tiga kalimat dengan tiga unsur pembentuk dan dua kalimat dengan empat unsur pembentuk. Pada Lokalangabe terdapat 16 kalimat dengan satu unsur pembentuk, 32 kalimat dengan dua unsur pembentuk, 25 kalimat dengan tiga unsur pembentuk, 10 kalimat dengan empat unsur pembentuk, satu kalimat dengan lima unsur pembentuk, tiga kalimat dengan tujuh unsur pembentuk dan satu kalimat dengan sembilan unsur pembentuk. 2) Verba yang muncul dalam Situativergänzung yaitu wohnen 'tinggal' (2x), sein 'adalah' (9x), stehen 'berdiri' (1x), sitzen 'duduk' (2x). 3) Perbedaan Situativergänzung (Esit) dan Lokalangabe (Alok) adalah, Esit tergantung pada verba tertentu sedangkan Alok tidak tergantung pada verba tertentu, kehadiran Esit dalam kalimat bersifat obligatoris sedangkan Alok bersifat fakultatif, Esit lebih jarang ditemukan dalam kalimat sedangkan Alok lebih sering ditemukan, dan Esit pada umumnya terdiri atas satu unsur pembentuk yang berupa adverbia sedangkan Alok terdiri atas dua unsur pembentuk berupa frasa preposisi. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kalimat berisi Lokalangabe yang berbentuk Nebensatz, akan tetapi tidak ditemukan Situativergänzung yang berbentuk Nebensatz. Oleh karena itu, disarankan agar penelitian mengenai Situativergänzung diteliti lebih lanjut dengan sumber data atau tema yang berbeda. Pembelajar juga hendaknya lebih memahami fungsi unsur-unsur yang ada dalam kalimat, sehingga dapat membedakan Situativergänzung dan Lokalangabe.
Item Description:http://repository.upi.edu/102517/1/s_jrm_0607772_table_of_content.pdf
http://repository.upi.edu/102517/2/s_jrm_0607772_chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/102517/3/s_jrm_0607772_chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/102517/4/s_jrm_0607772_chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/102517/5/s_jrm_0607772_chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/102517/6/s_jrm_0607772_chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/102517/7/s_jrm_0607772_bibliograpy.pdf