BUDAYA HAJAT SASIH SEBAGAI IMPLEMENTASI TERHADAP KEPATUHAN PADA NILAI-NILAI ADAT(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya)

Keanekaragaman budaya daerah menjadi ciri khas Negara Indonesia, dimana budaya tersebut sebagai penunjang dalam kekayaan budaya nasional. Kebudayaan yang berkembang di Indonesia mempunyai nilai penting dan merupakan warisan budaya bangsa. Seperti halnya Upacara Hajat Sasih yang masih dijalankan di d...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Ai Erna Herlina, - (Author)
Format: Book
Published: 2011-06-28.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoupi_104503
042 |a dc 
100 1 0 |a Ai Erna Herlina, -  |e author 
245 0 0 |a BUDAYA HAJAT SASIH SEBAGAI IMPLEMENTASI TERHADAP KEPATUHAN PADA NILAI-NILAI ADAT(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya) 
260 |c 2011-06-28. 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/1/s_pkn_0705813_table_of_content.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/2/s_pkn_0705813_chapter1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/3/s_pkn_0705813_chapter2.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/4/s_pkn_0705813_chapter3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/5/s_pkn_0705813_chapter4.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/6/s_pkn_0705813_chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/104503/8/s_pkn_0705813_bibliography.pdf 
520 |a Keanekaragaman budaya daerah menjadi ciri khas Negara Indonesia, dimana budaya tersebut sebagai penunjang dalam kekayaan budaya nasional. Kebudayaan yang berkembang di Indonesia mempunyai nilai penting dan merupakan warisan budaya bangsa. Seperti halnya Upacara Hajat Sasih yang masih dijalankan di daerah Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu warisan budaya turun temurun dari nenek moyang Kampung Naga. Upacara Hajat Sasih merupakan upacara ziarah dan membersihkan makam nenek moyang Kampung Naga yang dilakukan setiap hari-hari besar agama Islam seperti Muharam (tanggal 26, 27, 28), bulan Maulud (tanggal 12, 13, 14), bulan Rewah (tanggal 16, 17, 18), bulan Syawal (tanggal 14, 15, 16) dan bulan Rayagung (tanggal 10, 11, 12). Penelitian ini didasarkan pada permasalahan, yaitu: Bagaimana proses pelaksanaan upacara hajat sasih yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga? Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi upacara hajat sasih tersebut dilaksanakan? Adakah nilai-nilai yang termuat pada upacara hajat sasih yang dilakukan masyarakat Kampung Naga? Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam menjalankan upacara hajat sasih tersebut? Bagaimana cara menanggulangi hambatan yang dihadapi dalam upacara hajat sasih tersebut? Bagaimana proses pewarisan upacara hajat sasih ini kepada generasi penerusnya, sehingga upacara hajat sasih ini masih dijalankan sampai sekarang? Pendekatan yang digunakan untuk menngungkap permasalahan itu adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif dan data-data diperoleh melalui tekik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) proses upacara hajat sasih dimulai dengan membersihkan diri dengan mandi dan berwudhu lalu pergi ke mesjid membawa sapu lidi yang biasa digunakan untuk membersihkan makan, lalu semua laki-laki yang telah berpakaian khusus yang berwarna putih pergi ke makan untuk selanjutnya membersihkan makan nenek moyang Kampung Naga. Setelah mereka selesai membersihkan makam, para peserta upacara hajat sasih memanjatkan doa untuk karuhun atau nenek moyang Kampung Naga. Sementara itu bagi ibu-ibu bertugas untuk menyiapkan nasi tumpeng yang nantinya akan dimakan bersama-sama. 2) faktor yang melatarbelakangi upacara hajat sasih dilaksanakan adalah kesadaran dari dalam diri sendiri. 3) nilai-nilai yang termuat dalam upacara ini adalah nilai kegotongroyongan, kebersamaan dan terjalinnya rasa saling menghargai. 4) Hambatan yang sering terjadi adalah dari diri sendiri yaitu karena sakit atau ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. 5)Tidak ada pendidikan khusus pada proses pewarisan upacara hajat sasih. Masyarakat Kampung Naga menganggap kalau seseorang sudah bisa melaksanakan upacara hajat sasih, maka mereka sudah dianggap dewasa dan ada nilai plus bagi mereka, yaitu berupa kepuasan pada diri sendiri. 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a L Education (General) 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/104503/ 
787 0 |n http://perpustakaan.upi.edu 
856 |u https://repository.upi.edu/104503  |z Link Metadata