IMPLEMENTASI INTERPOLASI LANCZOS DAN ORDINARY KRIGING DALAM PEMETAAN POLUSI CAHAYA: STUDI KASUS PULAU JAWA DAN KOTA BANDUNG

Polusi cahaya adalah masalah yang terus berkembang yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan alam, termasuk pengamatan astronomi. Pemetaan polusi cahaya yang akurat sangat penting untuk pengembangan kebijakan dan tindakan mitigasi yang efektif. Penelitian ini mengevaluasi dua...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Muhammad Fajar Yusuf Firdaus, - (Author)
Format: Book
Published: 2023-08-31.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Polusi cahaya adalah masalah yang terus berkembang yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan lingkungan alam, termasuk pengamatan astronomi. Pemetaan polusi cahaya yang akurat sangat penting untuk pengembangan kebijakan dan tindakan mitigasi yang efektif. Penelitian ini mengevaluasi dua metode interpolasi-interpolasi Lanczos dan Ordinary Kriging-untuk pemetaan polusi cahaya, dengan menggunakan dua set data yang berbeda: Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dan Sky Quality Meter (SQM). Penelitian ini berfokus pada enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa: Serang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Interpolasi Lanczos diterapkan pada data VIIRS dan secara efektif mengubah resolusi asli 750m x 750m menjadi resolusi 75m x 75m yang lebih halus. Hal ini menghasilkan peta polusi cahaya yang lebih rinci dan dapat diandalkan untuk kota-kota tersebut. Di sisi lain, Ordinary Kriging diterapkan pada data SQM yang dikumpulkan dari 26 titik berbeda di Kota Bandung. Metode ini terbukti dapat diandalkan untuk menghasilkan peta polusi cahaya berkualitas tinggi, terutama di daerah dengan sampel data yang tidak teratur. Penerapan Interpolasi Lanczos dan Ordinary Kriging pada data Kota Bandung menunjukkan adanya perbedaan terutama dalam hal resolusi dan sumber data. Lanczos lebih cocok untuk data berbasis grid seperti VIIRS, sedangkan Kriging lebih cocok untuk data yang diambil secara acak seperti SQM. Terlepas dari perbedaan ini, kedua metode ini menawarkan peta mendalam yang menunjukkan distribusi spasial polusi cahaya di seluruh area yang diteliti. Temuan dari penelitian ini memberikan wawasan yang berharga untuk proyek pemetaan polusi cahaya di masa depan. Dengan memahami karakteristik data dan metode yang digunakan, para peneliti di masa depan dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam memilih metode interpolasi. Hal ini akan menghasilkan peta polusi cahaya yang lebih akurat dan berkontribusi pada pengembangan strategi mitigasi yang lebih efektif.
Item Description:http://repository.upi.edu/104796/1/S_KOM_1901581_Title.pdf
http://repository.upi.edu/104796/2/S_KOM_1901581_Chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/104796/3/S_KOM_1901581_Chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/104796/4/S_KOM_1901581_Chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/104796/5/S_KOM_1901581_Chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/104796/6/S_KOM_1901581_Chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/104796/7/S_KOM_1901581_Appendix.pdf