STUDI KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN MAKROBENTOSDI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU KABUPATEN BANDUNG

Kabupaten Bandung khususnya daerah Ciwidey merupakan salah satu kawasan yang memiliki banyak sekali tempat wisata yang menarik, salah satunya adalah Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di Ds. Patengan, Kec. Rancabali. Kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan tersebut dapat menimbulkan dampak n...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Reza Fauzan Prawiradireja, - (Author)
Format: Book
Published: 2011-03-23.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Kabupaten Bandung khususnya daerah Ciwidey merupakan salah satu kawasan yang memiliki banyak sekali tempat wisata yang menarik, salah satunya adalah Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di Ds. Patengan, Kec. Rancabali. Kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif dan dampak positif bagi lingkungan serkitar. Namun, dampak negatif akibat dari kegiatan wisata terkadang kurang mendapat perhatian. Salah satunya adalah penurunan kualitas perairan akibat dari pembuangan limbah domestik dari sarana wisata seperti kamar mandi, kamar bilas, dan penginapan yang terdapat di kawasan tersebut. Apabila kualitas air menurun maka akan memberikan pengaruh terhadap biota perairan, salah satunya adalah keanekragaman makrobentos. Perlu ada penelitian untuk mengetahui kualitas perairan dan keanekaragaman makrobentos di kawasan wisata tersebut. Lokasi penelitian di TWA Cimanggu dibagi kedalam tiga stasiun pencuplikan didasarkan atas perkiraan beban pencemar dan segmentasi (hulu dan hilir) pada badan perairan di kawasan tersebut secara purposive random sampling. Pada stasiun pencuplikan satu dan tiga untuk parameter suhu, kekeruhan, pH, kadar amonia, nitrat dan fosfat masih memenuhi nilai baku mutu air golongan A (air minum tanpa di olah terlebih dahulu) dan B (bahan baku air minum), sedangkan untuk konsentrasi DO tidak memenuhi nilai baku mutu air golongan A dan B. Pada stasiun dua untuk parameter kekeruhan, kadar amonia, fosfat, dan DO tidak memenuhi baku mutu air untuk golongan A dan B, untuk parameter suhu, pH, dan kadar nitrat masih memenuhi nilai baku mutu air untuk golongan A dan B. Pada penelitian tersebut didapatkan 17 genus makrobentos. Keanekaragaman makrobentos yang paling tinggi pada stasiun pencuplikan satu dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener makrobentos (H') 2,14, dan indeks keanekragaman (H') yang terendah pada stasiun pencuplikan dua sebesar 1,74, sedangkan pada stasiun pencuplikan tiga memiliki indeks keanekragaman makrobentos (H') 1,97. Berdasarkan indeks keanekaragaman tersebut, stasiun satu memiliki kualitas air yang masih bersih/belum tercemar, sedangkan pada stasiun dua dan tiga kualitasnya airnya sudah tercemar ringan.
Item Description:http://repository.upi.edu/104892/5/s_bio_0607891_table_of_content.pdf
http://repository.upi.edu/104892/2/s_bio_0607891_chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/104892/4/s_bio_0607891_chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/104892/3/s_bio_0607891_chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/104892/6/s_bio_0607891_chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/104892/1/s_bio_0607891_bibliography.pdf