GÉNÉALOGI CARITA PONDOK SUNDA : Tilikan Postkolonial

Penelitian ini mengkaji genealogi atau asal-usul cerita pendek Sunda terutama yang muncul pada jaman kolonialisme Belanda. Klaim bahwa cerita pendek Sunda baru muncul setelah terbitnya majalah Parahiangan (1939-1942) dan buku Dogdog Pangrewong (1930) karya G.S. kemungkinan tidak didukung oleh kontek...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Darpan, - (Author)
Format: Book
Published: 2012-01-05.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Penelitian ini mengkaji genealogi atau asal-usul cerita pendek Sunda terutama yang muncul pada jaman kolonialisme Belanda. Klaim bahwa cerita pendek Sunda baru muncul setelah terbitnya majalah Parahiangan (1939-1942) dan buku Dogdog Pangrewong (1930) karya G.S. kemungkinan tidak didukung oleh konteks kesejarahan yang memadai. Untuk mengkaji genealogi cerita pendek Sunda ini digunakan kajian postkolonial dengan asumsi bahwa munculnya cerita pendek Sunda erat kaitannya dengan situasi kolonialisme di Hindia Belanda pada pertengahan abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Kajian postkolonial juga digunakan untuk mendeskripsikan kontak-kontak kebudayaan yang pengaruhnya terus dirasakan jauh setelah kolonialisme secara fisik berakhir.Dari analisis wacana kolonialisme di Hindia Belanda, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat Sunda, paling tidak ada tiga hal yang mendasari lahirnya cerita pendek Sunda sebagai genre sastra modern. Ketiga hal tersebut adalah munculnya budaya cetak yang menandai munculnya literasi modern di lingkungan orang Sunda, Politik Etis yang membuka kesempatan lebih luas bagi masyarakat pribumi untuk memperoleh pendidikan, serta percetakan dan penerbitan kolonial yang memproduksi teks-teks berbahasa Sunda. Dari konteks inilah diketahui bahwa sejak akhir abad ke-19 telah muncul teks-teks berbahasa Sunda yang sudah bisa dikategorikan sebagai benih-benih cerita pendek Sunda, walaupun dari ciri naratifnya masih didominasi oleh gaya dongeng. Secara berangsur-angsur, teks-teks tersebut mengalami perubahan hingga akhirnya memunculkan cerita yang berbeda dari dongeng. Namun demikian konsepsi mengenai cerita pendek dalam bentuknya yang modern tampaknya pada jaman itu masih belum terumuskan.Dari analisis yang dilakukan terhadap teks-teks cerita pendek jaman kolonial diketahui bahwa teks tersebut awalnya merupakan hasil saduran atau peniruan (mimikri) dari cerita Eropa yang kemudian menyebabkan hibriditas budaya dan memunculkan ambivalensi di kalangan para penulis pribumi. Dinamika kebudayaan ini juga tidak bisa dilepaskan dari kreativitas masyarakat terjajah (colonized) yang berpendidikan sebagai upaya memposisikan dirinya untuk sejajar dengan bangsa kolonial (colonizer) atau melawan opisisi biner yang diciptakan para kolonialis.
Item Description:http://repository.upi.edu/10537/1/t_pbbs_0907491_table_of_content.pdf
http://repository.upi.edu/10537/2/t_pbbs_0907491_chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/10537/3/t_pbbs_0907491_chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/10537/4/t_pbbs_0907491_chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/10537/5/t_pbbs_0907491_chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/10537/6/t_pbbs_0907491_bibliography.pdf