PERANAN A.H. NASUTION DALAM PERALIHAN KEKUASAAN DARI PEMERINTAHAN SOEKARNO KE SOEHARTO1965-1968

Skripsi ini berjudul "Peranan A. H. Nasution Dalam Peralihan Kekuasaan dari Pemerintahan Soekarno ke Soeharto 1965-1968". Adapun masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana peran A.H. Nasution dalam peralihan kekuasaan dari pemerintahan Soekarno ke Soeharto 1965-1968. Me...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Hegit Hedi Winarno, - (Author)
Format: Book
Published: 2010-08-01.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Skripsi ini berjudul "Peranan A. H. Nasution Dalam Peralihan Kekuasaan dari Pemerintahan Soekarno ke Soeharto 1965-1968". Adapun masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana peran A.H. Nasution dalam peralihan kekuasaan dari pemerintahan Soekarno ke Soeharto 1965-1968. Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses yang di sebut historiografi. Sedangkan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penyususnan skripsi ini, peneliti menggunakan teknik studi literatur. Teknik ini dilakukan dengan membaca dan mengkaji berbagai sumber sejarah yang relevan dan berhubungan dengan topik permasalahan yang dibahas. Berdasarkan hasil penelitian historis dengan studi literatur, diketahui bahwa Nasution memiliki peran yang penting dalam peralihan kekuasaan dari pemerintahan Soekarno ke Soeharto. Latar belakang kehidupan dan karirnya telah membawa Nasution menjadi seorang tokoh militer yang penuh dengan keteguhan hati memperjuangkan militer yang tidak hanya berperan sebagai alat keamanan dan pertahanan, namun sekaligus ikut terlibat dalam ranah politik negara. Peran Nasution dalam peralihan itu sendiri diawali dengan kondisi politik yang digambarkan dengan adanya pertentangan antara sipil dan militer. Munculnya militer yang ikut terlibat dalam ranah politik,menurut pandangan politisi sipil bahwa militer telah keluar dari perannya sebagai militer sehingga memunculkan konflik. Keadaan seperti itu kemudian memunculkan tiga kekuatan yaitu Soekarno, TNI-AD dan PKI. Ketiga kekuatan tersebut saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Hubungan Soekarno dengan PKI yang semakin dekat kemudian membuat Kalangan militer khususnya TNI-AD di bawah Nasution semakin geram dan mengganggu jalannya revolusi yang sedang berlangsung, apalagi sebelumnya Nasution adalah orang yang menentang keras komunisme berkuasa di Indonesia.Nasution kemudian mengambil langkah-langkah yang dibangun meliputi fondasi awal lewat pemikirannya tentang politik militer dan dwifungsi TNI dalam memperjuangkan militer ikut berperan dalam pembangunan negara. Kemudian langkah berikutnya mengkonsolidasikan TNI membentuk suatu kekuatan membendung pengaruh-pengaruh PKI di pemerintahan. Meletusnya peristiwa G30S/PKI memberi dampak besar bagi perkembangan politik di Indonesia. Nasution yang menjadi sasaran utama dari gerakan tersebut berhasil lolos, namun membuat Nasution mengambil langkah yang strategis dalam menanggulangi kondisi politik. Ketika menjabat sebagai ketua MPRS, lewat jabatannya mengukuhkan Soeharto sebagai pejabat presiden melalui TAP No.IX/MPRS/1966 mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan Soekarno yang sebelumnya Soekarno telah memberi mandat lewat Surat Perintah 11 Maret kepada Soeharto untuk mengambil langkah yang dianggap perlu.
Item Description:http://repository.upi.edu/105552/1/s_sej_044041_tableofcontent.pdf
http://repository.upi.edu/105552/2/s_sej_044041_bab_i.pdf
http://repository.upi.edu/105552/3/s_sej_044041_bab_ii.pdf
http://repository.upi.edu/105552/4/s_sej_044041_bab_iii.pdf
http://repository.upi.edu/105552/5/s_sej_044041_bab_iv.pdf
http://repository.upi.edu/105552/6/s_sej_044041_bab_v.pdf
http://repository.upi.edu/105552/7/s_sej_044041_bibliography.pdf