KERANGKA KERJA ETNOKONSELING PERKAWINAN DALAM PENCAPAIAN KEDAMAIAN BERUMAH TANGGA

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kerangka kerja etnokonseling perkawinan dalam pencapaian kedamaian berumah tangga. Penelitian ini menggunakan multimetode melalui dua tahapan yang digunakan, yakni: desain etnografi bentuk studi kasus, dan metode delphi fuzzy. Subjek penelitian etnografi d...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Sai Handari, - (Author)
Format: Book
Published: 2023-12-21.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kerangka kerja etnokonseling perkawinan dalam pencapaian kedamaian berumah tangga. Penelitian ini menggunakan multimetode melalui dua tahapan yang digunakan, yakni: desain etnografi bentuk studi kasus, dan metode delphi fuzzy. Subjek penelitian etnografi dengan bentuk studi kasus ialah dua pasangan dalam satu keluarga yang berlatar belakang budaya Jawa yang telah menikah selama 7 tahun dan 32 tahun. Teknik analisis yang digunakan dalam etnografi meliputi analisis domain, taksonomi, dan komponen. Adapun untuk mendapatkan visibility pakar dilakukan dalam dua kali putaran dengan enam orang pakar. Analisis yang digunakan dengan delphi fuzzy method. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa (1) kedamaian perkawinan memiliki makna kondisi ketenangan dan ketentraman di dalam rumah tangga (urip adem ayem lan tentrem); (2) Nilai adem ayem lan tentrem menjadi nilai yang dikembangkan dalam pemaknaan kedamaian berumah tangga dengan mengacu pada nrimo ing pandum, guyub rukun, dan unggah ungguh sebagai konsep kebahagiaan gunawan, wiryawan, hartawan, dan berawan; (3) kerangka kerja etnokonseling perkawinan memuat definisi, rasional, hakikat dan makna perkawinan, tujuan, asumsi, fungsi konselor, pengalaman konseli, prosedur dan teknik, penilaian, evaluasi, dan indikator keberhasilan, dan penutup; dan (4) visibility pakar terhadap kerangka kerja etnokonseling perkawinan ditunjukkan dengan nilai d konstruk sebesar 0,155<0,2, average of fuzzy score (a-cut) sebesar 0,698>0,500, yang berarti bahwa item secara keseluruhan telah mencapai visibility pakar sehingga kerangka kerja etnokonseling perkawinan dalam pencapaian kedamaian berumah tangga layak untuk digunakan, dan dikembangkan lebih lanjut. Adapun penelitian ini berimplikasi secara teoritik dengan merekonstruksi etnokonseling perkawinan secara ontologi, aksiologi, dan metodologi. This research aimed to formulate a framework for marital ethnocounselling in achieving marital peace. This research used multi-methods through two stages, namely: ethnographic design in the form of case studies, and fuzzy delphi method. The subjects of ethnographic research in the form of case studies was two couples in one family with a Javanese cultural background who have been married for 7 years and 32 years. Analysis techniques used in ethnography include domain, taxonomy, and component analysis. As for obtaining expert visibility, it was carried out in two rounds with six experts. Analysis used with delphi fuzzy method. The research findings show that (1) marital peace means the condition of tranquillity and serenity in the marriage (urip adem ayem lan tentrem); (2) The value of adem ayem lan tentrem was a value developed in the meaning of marital peace by referring to nrimo ing pandum, guyub rukun, and unggah ungguh as the concept of happiness gunawan, wiryawan, hartawan, and berawan; (3) the ethnocounselling framework for marriage contains definition, rationale, nature and meaning of marriage, objectives, assumptions, functions of the counsellor, experiences of the counselee, procedures and techniques, assessment, evaluation, and indicators of success, and closing; and (4) Expert visibility of the marital ethnocounselling framework as indicated by the construct d value of 0.155<0.2, the average of fuzzy score (a-cut) of 0.698>0.500, which means that the items as a whole have achieved expert visibility so that the marital ethnocounselling framework in achieving marital peace is suitable for use, and further developed. The research has theoretical implications by reconstructing ontology, axiology, and methodology.
Item Description:http://repository.upi.edu/113842/2/D_BP_1803473_Title.pdf
http://repository.upi.edu/113842/3/D_BP_1803473_Chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/113842/4/D_BP_1803473_Chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/113842/5/D_BP_1803473_Chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/113842/6/D_BP_1803473_Chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/113842/7/D_BP_1803473_Chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/113842/8/D_BP_1803473_Appendix.pdf