Pers Mahasiswa Indonesia Pada Akhir Pemerintahan Orde Baru : Perbandingan Pandangan Isola Pos di Bandung dan Balairung di Yogyakarta, 1991-1998
Skripsi ini berjudul "Pers Mahasiswa Indonesia Pada Akhir Pemerintahan Orde Baru (Perbandingan Pandangan Isola Pos di Bandung dan Balairung di Yogyakarta, 1991-1998)". Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kondisi dimana pers mahasiswa menjadi med...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2014-08-27.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Skripsi ini berjudul "Pers Mahasiswa Indonesia Pada Akhir Pemerintahan Orde Baru (Perbandingan Pandangan Isola Pos di Bandung dan Balairung di Yogyakarta, 1991-1998)". Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kondisi dimana pers mahasiswa menjadi media alternatif pada masa Orde Baru, pers mahasiswa mampu dan berani melakukan kritik terhadap pemerintahan melalui tulisan dalam media yang diterbitkannya. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah "Bagaimana pandangan Pers Mahasiswa Isola Pos di Bandung dan Balairung di Yogyakarta tahun 1991-1998". Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Bagaimana dinamika pers mahasiswa Indonesia 1991-1998? (2) Bagaimana pandangan surat kabar Isola Pos dan Majalah Balairung dilihat dari tajuk rencana, catatan pojok, dan karikaturnya dalam menyikapi isu pendidikan dan politik tahun 1991-1998? (3) Bagaimana respon publik terhadap pandangan surat kabar Isola Pos dan Majalah Balairung? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data peninggalan dan peristiwa masa lampau dengan melakukan empat langkah penelitian yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah studi dokumentasi dan studi literatur berupa arsip-arsip surat kabar Isola Pos dan Balairung serta buku-buku yang relevan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner, yakni menempatkan sejarah sebagai ilmu utama dengan bantuan ilmu-ilmu sosial lainnya. Berdasarkan hasil penelitian historis dengan studi literatur, serta dengan menggunakan kajian interdisipliner dengan menggunakan ilmu bantu lain yakni komunikasi massa dan teori kritis diketahui bahwa, pers mahasiswa Isola Pos dan Balairung memiliki ciri masing-masing dalam menuangkan setiap pandangannya. Dalam penelitian ini dikhususkan pada dua tema besar yaitu politik dan pendidikan. Dari tajuk-tajuk yang telah dianalisis, Isola Pos lebih menitikberatkan pemberitaan pada tema besar pendidikan, sedangkan Balairung pada tema politik. Ketika masa pertengahan terbit, Isola Pos sempat membahas isu-isu politik dan HAM, namun tidak berlangsung lama, Isola Pos kembali pada isu pendidikan. Alasan Isola Pos memilih isu pendidikan lebih dominan, karena Isola Pos menganggap bahwa pendidikan itu harus benar dan sesuai dengan cita-cita bangsa, jangan dipolitisir. Sedangkan Balairung lebih dominan pada isu politik karena bagi Balairung merupakan sesuatu yang menarik untuk dibahas pada zamannya. Selain itu, Balairung juga menganggap hal tersebut sebagai langkah untuk melakukan perubahan dalam konteks sosial politik. Terhadap dinamika politik dan pendidikan, Isola Pos dan Balairung memiliki pandangan yang sama bahwa kritik yang dilakukan sebagai bentuk menuju perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Khususnya setelah berada di bawah rezim Orde Baru selama tiga puluh dua tahun dan tidak dianggap sejalan lagi dengan harapan rakyat. This study entitled "Indonesian Student Press In the End of New Order Government (A comparative view of Isola Post in Bandung and Balairung in Yogyakarta, 1991-1998)". The background of this study was taken from this issue because the researcher saw a condition where student press was an alternative media during the New Order, the student press was capable and daring to criticize the government through the publication of articles in the media. The main issues raised in this study was "What were the Student Press Isola Post in Bandung and Balairung in Yogyakarta views on this issue in 1991-1998". The main problem was then divided into three research questions, namely: (1) How was the dynamics of Indonesian student press from 1991 to 1998? (2) What were Isola Post newspaper and magazine and Balairung's views seen from the editorial, corner notes, and caricatures in addressing the issues of education and politics in 1991-1998? (3) How did the public response to the views of Isola Post newspaper and Balairung magazine? The method used in this study is the historical method, which is a process to test and analyze critical data and events of the past heritage by performing four steps namely heuristic research, criticism, interpretation and historiography. The research techniques used in this study was documentation study and study of literature in form of newspaper archives of Isola Post and Balairung also relevant books. The approach used was interdisciplinary approach, which puts history as a major science with the help of other social sciences. Based on the results of historical research with the study of literature, as well as by using interdisciplinary studies using other sciences namely mass communication and critical theory, it was found that the student press, Isola Post and Hall had each characteristics in expressing any view. In this study, it was focused on the two major themes of politics and education. Based on the editorials that have been analyzed, Isola Post more focused on reporting the major themes of education, while the Balairung more focused on political themes. When the period of mid-rise, Isola Post had discussed political issues and human rights, but did not last long, Isola Post went back to education issues. Isola's reason on choosing more dominant educational issues was because Isola Post considered that education must be proper and in accordance with the ideals of the nation, should not be politicized. While Balairung was more dominant in political issues because for them it was something interesting to be discussed in that time. In addition, Balairung also saw it as a step to make changes in the socio-political context. Towards the political dynamics and education, Isola Post and Balairung had the same view that the criticisms made was a form of Indonesian change towards the better. Especially after being under the New Order regime for thirty-two years and no longer considered to be in line with the expectations of the people. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/14170/1/S_SEJ_0901055_Title.pdf http://repository.upi.edu/14170/2/S_SEJ_0901055_Table%20of%20Content.pdf http://repository.upi.edu/14170/3/S_SEJ_0901055_Abstract.pdf http://repository.upi.edu/14170/4/S_SEJ_0901055_Chapter1.pdf http://repository.upi.edu/14170/5/S_SEJ_0901055_Chapter2.pdf http://repository.upi.edu/14170/6/S_SEJ_0901055_Chapter3.pdf http://repository.upi.edu/14170/8/S_SEJ_0901055_Chapter4.pdf http://repository.upi.edu/14170/7/S_SEJ_0901055_Chapter5.pdf http://repository.upi.edu/14170/9/S_SEJ_0901055_Bibliography.pdf |