ANALISIS MAKNA VERBA DERU SEBAGAI POLISEMI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Dalam setiap bahasa termasuk bahasa Jepang, sering kita temukan adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata dengan kata yang lainnya. Salah satu hubungan kemaknaan tersebut adalah polisemi. Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Ini merupakan salah satu kenda...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Syofyan, Edi (Author)
Format: Book
Published: 2014-10-31.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Dalam setiap bahasa termasuk bahasa Jepang, sering kita temukan adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata dengan kata yang lainnya. Salah satu hubungan kemaknaan tersebut adalah polisemi. Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Ini merupakan salah satu kendala bagi pembelajar bahasa Jepang ketika menggunakannya dalam kalimat bahasa Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna apa saja yang terkandung dalam verba deru, apa makna dasar verba deru, serta untuk mengetahui hubungan antar makna verba deru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Data dari berbagai sumber dikumpulkan, disusun, kemudian diklasifikasikan, dianalisis dan dilaporkan. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa ada beberapa makna yang terkandung dalam verba deru yaitu: 1 (keluar 'deru'); 2 (maju 'susumu'); 3 (berangkat 'shuppatsu'); 4 (pergi 'iku'); 5 (meninggalkan 'nokosu'); 6 (muncul 'hyoujisareru'); 7 (terbit 'noboru'); 8 (sampai/tiba 'touchakusuru'); 9 (dihasilkan 'sanshutsusareru'); 10 (berasal 'yuraisuru'); 11 (ada 'aru/iru'); 12 (tumbuh 'haeru'); serta mempunyai makna 13 (idiomatikal 'kanyouku'). Makna dasar verba deru yaitu keluar (bergerak dari ruang tertentu atau dari sebelah dalam ke sebelah luar). Sedangkan hubungan antar makna dari verba deru dapat dilihat dari tiga majas. Yaitu makna 6, 10, 11, dan 13 mempunyai hubungan metonimi dengan makna dasar, makna 13 mempunyai hubungan metafora dengan makna dasar, lalu makna 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, dan 12 mempunyai hubungan sinekdok dengan makna dasar.
Item Description:http://repository.upi.edu/14205/1/S_JEP_0906827_Title.pdf
http://repository.upi.edu/14205/16/S_JEP_0906827_Table_of_content.pdf
http://repository.upi.edu/14205/17/S_JEP_0906827_Abstract.pdf
http://repository.upi.edu/14205/18/S_JEP_0906827_Chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/14205/19/S_JEP_0906827_Chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/14205/20/S_JEP_0906827_Chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/14205/21/S_JEP_0906827_Chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/14205/22/S_JEP_0906827_Chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/14205/23/S_JEP_0906827_Bibliography.pdf
http://repository.upi.edu/14205/24/S_JEP_0906827_Appendix.pdf