WIDJOJONOMICS SAMPAI HABIBIENOMICS (PERBEDAAN PANDANGAN PEMIKIRAN EKONOMI DARI WIDJOJO NITISASTRO DAN B.J HABIBIE TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA ORDE BARU 1971-1999)
Skripsi ini berjudul "Widjojonomics Sampai Habibienomics : Perbedaan Pandangan Pemikiran Ekonomi dari Widjojo Nitisastro dan B.J Habibie Terhadap Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde Baru 1971-1999". Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana perbedaan pemikiran Wid...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2016-10-31.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Skripsi ini berjudul "Widjojonomics Sampai Habibienomics : Perbedaan Pandangan Pemikiran Ekonomi dari Widjojo Nitisastro dan B.J Habibie Terhadap Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde Baru 1971-1999". Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana perbedaan pemikiran Widjojo Nitisastro dan B.J Habibie terhadap perekonomian Indonesia pada masa Ordde Baru 1971-1999?. Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode historis dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi, teknik yang digunakan yaitu study literature. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa kesimpulan. Pemerintahan Orde Baru diawali dengan adanya krisis ekonomi, maka dari itu untuk mengatasinya diperlukanlah stabilisasi dan rehabilitasi perekonomian nasional. Widjojo Nitisastro dan B.J Habibie mempunyai latar belakang kehidupan berbeda baik ditinjau dari kehidupan masa muda dan pendidikannya. Hal tersebut telah mempengaruhi karakter dan pemikiran mereka. Pokok pemikiran ekonomi dari Widjojo Nitisastro yang sering disebut Widjojonomics yaitu modernisasi sistem ekonomi yang mencakup pasar, fiskal dan utang luar negeri yang diharap melahirkan trickle down effect, yang beranggapan bahwa jika kebijakan ditujukan untuk memberi keuntungan bagi kaum kaya, maka akan menetes ke rakyat miskin melalui perluasan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan perluasan pasar. Pokok pemikiran ekonomi dari B.J Habibie atau yang sering disebut Habibienomics adalah perekonomian harus dikembangkan melalui perebutan teknologi canggih untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju. Indonesia tidak boleh hanya menjadi negara yang hanya bisa memproduksi barang yang memiliki keunggulan komparatif saja, akan tetapi harus memiliki nilai tambah, dan keunggulan kompetitif.;---Present thesis is entitled "Widjojonomics to Habibienomics: Different views of Economic thoughts of Widjojo Nitisastro and B.J Habibie towards Indonesian Economy in the New Order." The main issues raised in this study is how differing ideas of B.J Habibie and Nitisastro Widjojo about Indonesian economy in the New Order era in 1971-1999. The method used in this thesis research is historical method, which is conducted in following steps: heuristics, criticism, interpretation, and historiography, while the technique used is literature study. Based on the study, several conclusions can be drawn. The government of New Order started its governance with economic crisis. To solve it, therefore stabilization and rehabilitation of national economy is needed. Widjojo Nitisastro and B. J. have different background both in terms of their youth life and education. That is what influences the characters and ways of their thinking. Economic principal of Widjojo Nitisastro, which often called as Widjojonomics, exemplifies that modernization of economic system that covers market, fiscal and foreign debt is expected to give birth to a trickle-down effect, which assumes that if the policy is intended to provide benefits for the rich, the poor would also be impacted through the employment expansion, income distribution and market expansion. Economic principal of B.J Habibie, which often called as Habibienomics, is a system of economy that should be developed though the seizure of advanced technology to catch up with developed countries. Indonesia should not only be a state that can only produce goods that have comparative advantages. Instead, Indonesia should also have added value and competitive advantage. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/26983/1/S_SEJ_1205801_Title.pdf http://repository.upi.edu/26983/2/S_SEJ_1205801_Abstract.pdf http://repository.upi.edu/26983/3/S_SEJ_1205801_Table_of_content.pdf http://repository.upi.edu/26983/4/S_SEJ_1205801_Chapter1.pdf http://repository.upi.edu/26983/5/S_SEJ_1205801_Chapter2.pdf http://repository.upi.edu/26983/6/S_SEJ_1205801_Chapter3.pdf http://repository.upi.edu/26983/7/S_SEJ_1205801_Chapter4.pdf http://repository.upi.edu/26983/8/S_SEJ_1205801_Chapter5.pdf http://repository.upi.edu/26983/9/S_SEJ_1205801_Bibliography.pdf http://repository.upi.edu/26983/10/S_SEJ_1205801_Appendix1.pdf http://repository.upi.edu/26983/11/S_SEJ_1205801_Appendix2.pdf |