KONSEP MUTTAQĪN DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM : Studi Analitis Terhadap Konsep Al-Muttaqīn dalam Al-Quran Menurut Sembilan Mufasir
Pendidikan Islam menjadi harapan terbentuknya manusia yang seutuhnya. Para tokoh pendidikan Islam, menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk karakter yang bertakwa (Muttaqīn).Tujuan penelitian ini, untuk mendapatkan konsep Muttaqīn dalam Al-Quran, kemudian dicari implikasinya terh...
Saved in:
| Main Author: | |
|---|---|
| Format: | Book |
| Published: |
2018-04-23.
|
| Subjects: | |
| Online Access: | Link Metadata |
| Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
| Summary: | Pendidikan Islam menjadi harapan terbentuknya manusia yang seutuhnya. Para tokoh pendidikan Islam, menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk karakter yang bertakwa (Muttaqīn).Tujuan penelitian ini, untuk mendapatkan konsep Muttaqīn dalam Al-Quran, kemudian dicari implikasinya terhadap tujuan pendidikan Islam. Karena takwa sebagai tujuan akhir, maka peneliti tertarik dan memahami pentingnya melakukan analisis terhadap ayat-ayat yang mengandung term Muttaqīn.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengoperasikan metode tafsir mauḍu`ī. Kemudian, temuan penelitian ini adalah makna Muttaqīn, yaitu mukmin yang merasakan bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah, sehingga ia takut untuk berbuat maksiat, memiliki benteng atau ketahanan diri dengan hal-hal yang tidak Allah ridai, maka implikasinya ia senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Orang yang Muttaqīn memiliki sembilan belas karakter yang melekat pada dirinya, yaitu beriman kepada:1) Kitab-Kitab Allah swt.; 2) Menepati Janji; 3) yang Ghaib/ Allah; 4) Menafkahkan Sebahagian Harta; 5) Hari Akhir; 6) Bersabar; 7) Mendirikan Salat; 8) Mampu mengambil Ibrah (Pelajaran) dari setiap kejadian; 9) Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi; 10) Nabi-Nabi Utusan Allah; 11) Menahan Amarah; 12) Memaafkan Kesalahan Orang Lain; 13) Bertobat; 14) Senantiasa Memohon Pertolongan Allah swt.; 15) Berjihad di Jalan Allah; 16) Tidak Menyombongkan Diri; 17) Para Malaikat Alah swt.; 18) Memerdekakan Hamba Sahaya; 19) Menunaikan zakat. Implikasi konsep Muttaqīn terhadap tujuan pendidikan Islam adalah mukmin itu mampu menciptakan keserasian hubungan antara dirinya dengan Allah, sesama manusia, diriya sendiri dan lingkungan. Sehingga, orang yang bertakwa pantas disebut sebagai raḥmatan li al`ālamīn, karena ia mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam.---- Islamic education is the hope of a whole human being. The leaders of Islamic education, said that the goal of Islamic education is to form a cautious character (Muttaqīn). The purpose of this study to obtain the concept Muttaqīn in Al-Quran, then sought implications on the goals of Islamic education. The researcher is interested to understands the importance of conducting an analysis of the verses that contain the term Muttaqīn because of piety as the ultimate goal. This study uses a qualitative approach by operating interpretation method mauḍu`ī. The researcher find the meaning of Muttaqīn, the believer who feels that he is always in the supervision of God, so that he is afraid to do immoral, has a fortress or self-endurance with things that are banned by God. Then the implication he always carry out the command of Allah and stay away from the ban. The Muttaqīn person has nineteen characters such us : 1) The Books of God Almighty; 2) Keeping the Promise; 3) The Unseen/God; 4) Spend the Treasures; 5) End Times; 6) Be patient; 7) Establishing Salat; 8) Be able to take Ibrah (Lesson) from every event; 9) No Damage on Earth; 10) Prophets of Allah's Messenger; 11) Resisting Anger; 12) Forgiving the Mistakes of Others; 13) Repent; 14) Always Request Allah's help swt; 15) Jihad in the Way of Allah; 16) No Swagger; 17) The Angels of God Almighty; 18) Freeing the Servant Sahaya; 19) Carry out zakat. Implication of the concept of Muttaqīn towards the purpose of Islamic education is that the believer is able to create harmony of the relationship between himself and God, his fellow human beings, himself and the environment. So, the righteous person deserves to be called the ra'matan li al`ālamīn, for he is able to be a mercy to the whole of nature. |
|---|---|
| Item Description: | http://repository.upi.edu/35052/1/S_PAI_1405047_Title.pdf http://repository.upi.edu/35052/2/S_PAI_1405047_Abstract.pdf http://repository.upi.edu/35052/3/S_PAI_1405047_Table_of_content.pdf http://repository.upi.edu/35052/4/S_PAI_1405047_Chapter1.pdf http://repository.upi.edu/35052/5/S_PAI_1405047_Chapter2.pdf http://repository.upi.edu/35052/8/S_PAI_1405047_Chapter3.pdf http://repository.upi.edu/35052/6/S_PAI_1405047_Chapter4.pdf http://repository.upi.edu/35052/7/S_PAI_1405047_Chapter5.pdf http://repository.upi.edu/35052/9/S_PAI_1405047_Bibliography.pdf http://repository.upi.edu/35052/10/S_PAI_1405047_Appendix.pdf |