KONSELING NARATIF UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA DI SMP NEGERI 3 BANDUNG

Perubahan konsep diri banyak terjadi di kalangan remaja awal. Konsep diri akan memengaruhi remaja dalam berperilaku. Apabila remaja memiliki konsep diri negatif maka akan berpengaruh pada perkembangan remaja dalam segala aspek. Apabila hal ini dibiarkan, perkembangan remaja tidak akan tercapai secar...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Najma Sana Nadhirah Hilman, - (Author)
Format: Book
Published: 2019-07-19.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Perubahan konsep diri banyak terjadi di kalangan remaja awal. Konsep diri akan memengaruhi remaja dalam berperilaku. Apabila remaja memiliki konsep diri negatif maka akan berpengaruh pada perkembangan remaja dalam segala aspek. Apabila hal ini dibiarkan, perkembangan remaja tidak akan tercapai secara optimal. Bimbingan dan Konseling berperan penting untuk mengembangkan konsep diri remaja awal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan konseling naratif untuk pengembangan konsep diri remaja awal di SMP Negeri 3 Bandung. Pendekatan penelitian yang digunakan kualitatif dengan metode studi analisa studi kasus. Instrumen konsep diri diambil dari teori Bergonzky yang menjabarkan konsep diri menjadi empat aspek dalam bentuk kuisioner model Guttman. Partisipan dalam penelitian ini ialah 3 konseli yang berusia 14-15 tahun yang duduk di bangku kelas VIII SMP Negeri 3 Bandung. Untuk mencapai tujuan, ditempuh 3 tahap penelitian, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) proses penerapan konseling naratif, dan 3) pengujian penerapan aplikasi konseling naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Bandung tergolong 14,1% memiliki konsep diri negatif. Konseling naratif dapat diterapkan untuk mengembangkan konsep diri remaja awal yang memiliki masalah konsep diri cukup rumit dengan faktor penyebab kondisi keluarga broken home seperti konseli K dan Z yang didapatkan perubahan perilaku konsep diri positif. Bagi remaja awal dengan masalah konsep diri yang tidak begitu rumit seperti konseli MF, konseling naratif ini kurang dapat diterapkan karena tidak adanya pemaknaan dari kisah jenuh konseli karena konseli cenderung masih dapat bertahan ketika masalah datang sehingga konsep diri masih stagnan. Secara keseluruhan tahap konseling naratif dapat diterapkan, untuk mengembangkan konsep diri remaja awal, hanya tidak mengalami kesulitan dalam tahap externalizing the problem. Kata kunci : Konseling naratif, konsep diri dan remaja awal ABSTRACT Najma Sana. (2019). Narrative Counseling for Develop Adolescent's Self Concept in SMP Negeri 3 Bandung School Year 2018/2019. najmasnh@student.upi.edu Changes in self-concept often occur among early adolescents. Self-concept will influence adolescents in behaving. Negative self-concept in adolescents will affect the development of adolescents in all aspects, which also affect the development of adolescents. Guidance and counseling play an important role in developing the self-concept of early adolescents. This study aims to describe the application of narrative counseling for the development of early adolescent self-concept in SMP Negeri 3 Bandung. The study involved three counselees aged 14-15 years who sat in the eighth grade of SMP Negeri 3 Bandung. The data were collected through case study analysis. The instrument of self-concept is taken from Bergonzky's theory, which describes self-concept into four aspects in the form of questionnaires based on Guttman's model To achieve the goal, three stages of research are taken, namely 1) preliminary study, 2) the process of applying narrative counseling, and 3) testing the application of narrative counseling applications. After the data were qualitatively analyzed, it was found that the self-concept of class VIII students in SMP Negeri 3 Bandung was classified as 14,1% having a negative self-concept. Narrative counseling can be applied to develop the self-concept of early adolescents who have self-concept problems that are quite complicated i.e. broken home family conditions such as counselee K and Z, which are found to change positive self-concept behavior. For early adolescents with less complicated self-concept problems such as MF counselee, this narrative counseling is less applicable because there is no meaning of the counselee's saturated story because counselee tends to still be able to survive when problems come so that the self-concept is still stagnant. To conclude, the stages of narrative counseling can be applied properly, but it needs extra work in the stage of externalizing the problem. Key words: narrative counseling, self-concept, early adolescent
Item Description:http://repository.upi.edu/38166/1/S_PPB_1500745_Title.pdf
http://repository.upi.edu/38166/2/S_PPB_1500745_Chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/38166/3/S_PPB_1500745_Chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/38166/4/S_PPB_1500745_Chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/38166/5/S_PPB_1500745_Chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/38166/6/S_PPB_1500745_Chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/38166/7/S_PPB_1500745_Appendix.pdf