ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA SANTUN PADA FILM BILAL: BATHAL MIN FASHIIL JADIID

Dalam pembelajaran bahasa Arab, kesantunan berbahasa bukanlah bagian dari materi pembelajaran. Akan tetapi hal tersebut adalah salah satu faktor terpenting ketika melakukan komunikasi bahasa Arab. Oleh karena itu, setiap pemelajar bahasa arab wajib mengetahui kesantunan berbahasa Arab. Untuk mengeta...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Astri Dahliani, - (Author)
Format: Book
Published: 2019-08-29.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Dalam pembelajaran bahasa Arab, kesantunan berbahasa bukanlah bagian dari materi pembelajaran. Akan tetapi hal tersebut adalah salah satu faktor terpenting ketika melakukan komunikasi bahasa Arab. Oleh karena itu, setiap pemelajar bahasa arab wajib mengetahui kesantunan berbahasa Arab. Untuk mengetahuinya, kita tentu harus berorientasi pada penutur aslinya. Akan tetapi, tidak semua pemelajar bahasa Arab dapat bertemu dengan mereka. Oleh karena itu, kita harus mencari sebuah media yang mampu mewakili kehadiran penutur Arab. Film berbahasa Arab dianggap sebagai media yang mampu mewakilinya. Adapun film berbahasa Arab yang bisa dijadikan rujukan adalah Film Bilal: Baṭal min Faṣil Jadīd. Film ini merupakan film animasi pertama dan terpanjang buatan bangsa Arab yang dirilis tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesantunan dan ketidaksantunan yang terjadi dalam Film Bilal: Baṭal min Faṣīl Jadīd. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sampel penelitian ini dipilih secara purposif berupa empat ungkapan permintaan maaf. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan teori kesantunan berbahasa Leech (1983). Hasil dari penelitian ini adalah film ini menggunakan maksim kesantunan Leech. Adapun Maksim yang digunakan adalah maksim kerendahhatian, maksim pujian, dan maksim simpati. Ungkapan permohonan maaf yang sering muncul di film ini adalah "Saya mohon maaf" ungkapan tersebut lebih santun dibandingkan dengan ungkapan "maaf" dan "Saya menyesal." Hal itu dikarenakan ungkapan "Saya mohon maaf" dituturkan oleh orang yang berkedudukan rendah kepada seseorang yang berkedudukan lebih tinggi. In Arabic learning , politeness is not part of the learning material. However, this is one of the most important factors when communicating with Arabians. Therefore, every Arabic language learner must know the politeness of Arabic. To find out, we certainly have to be oriented towards native speakers. However, not all Arabic learners can meet them. Therefore, we must look for a media that is able to represent the presence of Arabic speakers. Arabic films are considered as media that can represent it. The Arabic film that can be used as a reference is Bilal: A New Breed of Hero Movie. This film is the first and longest animated film made by the Arabs themselves which was released in 2015. This study aims to reveal the politeness and impoliteness that occurs in the Bilal: A New Breed of Hero Movie. This research uses descriptive qualitative research methods. The research sample was chosen purposively in the form of four expressions of apologies. The data is analyzed using Leech's politeness theory (1983). The results of this study are the films used politeness maxims by Leech. They are modesty maxim, approbiation maxim, and sympathy maxim. The most phrases of apology which used is "i apology". This phrase is more polite than another phrase of apology such as "sorry"and "i regret". It caused by its use for lower social power to higher social power.
Item Description:http://repository.upi.edu/42060/1/S_ARB_1507244_Title.pdf
http://repository.upi.edu/42060/2/S_ARB_1507244_Chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/42060/3/S_ARB_1507244_Chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/42060/4/S_ARB_1507244_Chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/42060/5/S_ARB_1507244_Chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/42060/6/S_ARB_1507244_Chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/42060/7/S_ARB_1507244_Appendix.pdf