K.H. RUHIAT : PEJUANG PENDIDIKAN TIGA ZAMAN (Peran K.H Ruhiat Dalam Pengembangan Pesantren Cipasung, Tasikmalaya 1932-1977)
Skripsi ini berjudul "K.H. Ruhiat : Pejuang Pendidikan Tiga Zaman (Peran K.H Ruhiat Dalam Pengembangan Pesantren Cipasung, Tasikmalaya 1932-1977)". Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah ketertarikan peneliti terhadap perjuangan K.H Ruhiat yang melawan penjajahan lewat jalur pendi...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2015-08-26.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Skripsi ini berjudul "K.H. Ruhiat : Pejuang Pendidikan Tiga Zaman (Peran K.H Ruhiat Dalam Pengembangan Pesantren Cipasung, Tasikmalaya 1932-1977)". Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah ketertarikan peneliti terhadap perjuangan K.H Ruhiat yang melawan penjajahan lewat jalur pendidikan dari masa penjajahan Hindia Belanda, Jepang sampai masa Kemerdekaan. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah "Bagaimana peranan dakwah K.H Ruhiat dalam memperjuangkan pendidikan agama melalui pengembangan pesantren yang didirikannya". Masalah utama tersebut kemudian disusun ke dalam lima pertanyaan penelitian, yaitu (1)Bagaimana latar belakang pendidikan K.H. Ruhiat ? (2)Bagaimana peran dakwah K.H. Ruhiat dalam menentang kebijakan penjajahan Hindia Belanda tahun (1932-1942) ? (3)Bagaimana peran dakwah K.H. Ruhiat dalam menentang kebijakan penjajahan Jepang tahun (1942-1945) ? (4) Bagaimana peran dakwah K.H. Ruhiat terhadap perkembangan Pesantren Cipasung Pasca Kemerdekaan tahun (1945-1977) ? (5) Bagaimana dampak keberadaan Pesantren Cipasung terhadap perkembangan pesantren lainnya di daerah Cipasung ?. Berdasarkan hasil penelitian, K.H. Ruhiat menempuh pendidikan formalnya diVervolgschoolditempuh sampai kelas empat dari tahun (1918-1921).Setelah keluar dari Vervolgschool, K.H. Ruhiat belajar ilmu agama Islam ke berbagai pesantren diantaranya Pesantren Cilenga, Leuwisari di bawah bimbingan K.H. Sobandi ditempuh selama lima tahun. Dalam kurun waktu satu tahun (1927-1928) K.H. Ruhiat melakukan tabarruk keberbagai pesantren dengan tujuan mendapatkan ridho Allah SWT dan keberkahan ilmu. Peran K.H Ruhiat ketika masa Pemerintah Hindia Belanda dipandang sebagai ancaman berbahaya karena diduga melakukan hasutan kepada masyarakat dan dakwahnya yang berisi provokasi terhadap penjajah kolonial. Terlebih setelah K.H. Ruhiat bergabung dengan Nahdlatul Ulama Cabang Tasikmalaya pada tahun 1931 yang memiliki pandangan berbeda dengan Pemerintah Hindia Belanda. Tuduhan atas dasar menghasut masyarakat Cipasung lewat khutbah dan ceramah membuatnya ditahan dan dipenjarakan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1941 dan tahun 1942. Selama pendudukan Jepang perjuangan K.H. Ruhiat lebih mengedepankan pembentukan jadi diri masyarakat Cipasung dengan menanamkan keteguhan hati memegang akidah agama untuk memperkokoh keimanan dari segala bentuk propaganda yang dilakukan Jepang. Setelah proklamasi kemerdekaan, melalui Pesantren Cipasung K.H. Ruhiat menjadi pelopor berdirinya sekolah-sekolah formal di daerah Cipasung. Mulai dari Sekolah Pendidikan Islam pada tahun (1949) hingga Pendidikan Tinggi Islam pada tahun (1965). Perjuangan K.H. Ruhiat dalam mengembangkan pendidikan lewat Pesantren Cipasung yang didirikannya menyebabkan dirinya ditahan dan dipenjarakan oleh pihak Pemerintah Hindia Belanda dan Jepang pada tahun (1941 dan 1942). Selain itu, peran K.H. Ruhiat melalui pengembangan Pesantren Cipasung menjadikan perkembangan sub-sub pesantren lain disekitar daerah Cipasung dan menjadikan daerah Cipasung sebagai pusat spiritual semua penduduk dalam memperdalam ajaran agama Islam. ABSTRACT This thesis is titled "K.H. Ruhiat: Three-Age Education Fighter (The Role of K.H Ruhiat in the Development of Cipasung Islamic Boarding School, Tasikmalaya 1932-1977)". The background of this research is the interest of researchers in the struggle of K.H Ruhiat who resisted colonialism through the education route from the Dutch East Indies, Japan to the Independence period. The main problem raised in this thesis is "What is the role of the missionary K.H Ruhiat in fighting for religious education through the development of the pesantren that he founded". The main problem is then organized into five research questions, namely (1) What is the educational background of K.H. Ruhiat? (2) What is the role of the da'wah K.H. Ruhiat in opposing the Dutch East Indies colonial policy (1932-1942)? (3) What is the role of the da'wah K.H. Ruhiat in opposing the Japanese colonial policy (1942-1945)? (4) What is the role of the da'wah K.H. Ruhiat towards the development of Cipasung Islamic Boarding School Post Independence (1945-1977)? (5) What is the impact of the existence of Cipasung Pesantren on the development of other pesantren in the Cipasung area?. Based on the results of the study, K.H. Ruhiat took his formal education at Vervolgschool to fourth grade from the year (1918-1921). After leaving Vervolgschool, K.H. Ruhiat studied Islamic religion at various pesantren including the Cilenga Pesantren, Leuwisari under the guidance of K.H. Sobandi traveled for five years. Within one year (1927-1928) K.H. Ruhiat did tabarruk to various pesantren with the aim of getting the blessing of Allah SWT and the blessing of knowledge. The role of K.H Ruhiat when the Dutch East Indies government was seen as a dangerous threat because it was suspected of incitement to the people and their preaching containing provocations against the colonial invaders. Especially after K.H. Ruhiat joined the Tasikmalaya Branch Nahdlatul Ulama in 1931 who had a different view from the Netherlands Indies Government.Allegations on the basis of inciting the Cipasung community through sermons and lectures led to him being detained and imprisoned by the Dutch East Indies Government in 1941 and 1942. During the Japanese occupation the K.H struggle. Ruhiat prioritized the formation of a self-made Cipasung community by instilling the determination to hold religious beliefs to strengthen the faith of all forms of propaganda carried out by the Japanese. After the proclamation of independence, through the Cipasung Islamic Boarding School K.H. Ruhiat became a pioneer in the establishment of formal schools in the Cipasung area. Starting from the Islamic Education School in 1949 to Islamic Higher Education in 1965. K.H's struggle Ruhiat in developing education through the Cipasung Islamic Boarding School he founded led to his detention and imprisonment by the Dutch and Japanese Indies Governments in 1941 and 1942. In addition, the role of K.H. Ruhiat through the development of the Cipasung Pesantren has made the development of other pesantren sub-sub-districts around the Cipasung area and made the Cipasung area as the spiritual center of all residents in deepening the teachings of Islam. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/43437/1/S_ADP_1501548_Title.pdf http://repository.upi.edu/43437/2/S_ADP_1501548_Chapter1.pdf http://repository.upi.edu/43437/3/S_ADP_1501548_Chapter2.pdf http://repository.upi.edu/43437/4/S_ADP_1501548_Chapter3.pdf http://repository.upi.edu/43437/5/S_ADP_1501548_Chapter4.pdf http://repository.upi.edu/43437/6/S_ADP_1501548_Chapter5.pdf http://repository.upi.edu/43437/7/S_ADP_1501548_Appendix.pdf |