RAPAT ADAT (SANGKEP) DALAM MASYARAKAT ADAT BALI SEBAGAI WAHANA PEMBENTUKAN WATAK WARGA NEGARA (CIVIC DISPOSITION) : Studi Kasus Pada Masyarakat Adat Bali di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan minimnya pengetahuan akan pelaksanaan musyawarah dan mufakat dalam penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat ditandai dengan kurangnya rasa toleransi dan kepedulian terhadap orang lain, serta tidak menghargai pendapat dari orang lain. Masalah y...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2018-08-29.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan minimnya pengetahuan akan pelaksanaan musyawarah dan mufakat dalam penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat ditandai dengan kurangnya rasa toleransi dan kepedulian terhadap orang lain, serta tidak menghargai pendapat dari orang lain. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana membentuk karakter berdemokrasi melalui praktek serta nilai-nilai dalam rapat adat (sangkep), dan bagaimana pendapat tokoh adat terhadap pelaksanaannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus di desa Buyut Baru. Berbagai teknik pengumpulan data digunakan dalam menghimpun data yang dibutuhkan yaitu teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan partsipasi. Hasil penelitian yang ditemukan peneliti yaitu bahwa kegiatan adat yang dilaksanakan terdapat pembentukan karakter/watak berdemokrasi masyarakat adat Bali, seperti bertanggung jawab moral, disiplin diri, penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berfikir kritis, kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi. Kemudian pelaksanaan rapat adat (sangkep) di desa Buyut Baru memberikan penanaman nilai kepada masyarakat adat Bali disetiap tahapan kegiatannya seperti saling berkomunikasi, mendisiplinkan diri, gotong royong, mandiri, terbuka, saling mempercayai, saling mengevaluasi, berani menyam-paikan pendapat, saling menghargai, toleransi, dan selalu bermusyawarah. Pendapat tokoh adat di desa Buyut Baru terhadap praktek kehidupan berdemokrasi dalam rapat adat (sangkep) adalah positif, dalam arti bahwa pelaksanaan rapat adat (sangkep) memiliki banyak manfaat dan membantu masyarakat adat Bali di desa Buyut Baru dalam menyelesaikan setiap permasalahan ketika melaksanakan adat istiadatnya. Pelaksanaan rapat adat (sangkep) akan terus dilaksanakan karena selain merupakan warisan turun temurun dari orang tua (leluhur), masyarakat juga merasakan dampak positif ketika melaksanakan kegiatan tersebut.;---This research is motivated by the problem of lack of knowledge of the implementation of deliberation and consensus in solving problems that occur in the community marked by a lack of tolerance and concern for others, and not respecting the opinions of others. The problem studied in this study is how to shape the character of democracy through practice and values in traditional meetings (sangkep), and how traditional leaders think about their implementation. The approach used in this study is qualitative with a case study method in Buyut Baru village. Various data collection techniques are used in collecting the data needed, namely interview, observation, documentation and participation techniques. The results of the research found by the researchers were that the customary activities carried out included the formation of democratic character of the Balinese indigenous people, such as moral responsibility, self-discipline, respect for human dignity, caring as citizens, politeness, heeding the rules of the game (rule of law), critical thinking, willingness to hear, negotiate and compromise. Then the traditional meeting (sangkep) in Buyut Baru village gave value to Balinese indigenous people in every stage of their activities such as communicating, disciplining themselves, mutual cooperation, being independent, being open, trusting each other, evaluating each other, daring to express opinions, mutual respect, tolerance, and always deliberate. The opinion of traditional leaders in Buyut Baru village towards the practice of democratic life in traditional meeting (sangkep) is positive, in the sense that the implementation of traditional meeting (sangkep) has many benefits and helps Balinese indigenous people in Buyut Baru village in solving every problem when carrying out their customs. The traditional meeting (sangkep) will continue to be carried out because besides being a hereditary inheritance from parents (ancestors), the community also feels a positive impact when carrying out these activities. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/46809/1/T_PKn_1605505_Title.pdf http://repository.upi.edu/46809/2/T_PKn_1605505_Abstract.pdf http://repository.upi.edu/46809/3/T_PKn_1605505_Table_of_Content.pdf http://repository.upi.edu/46809/4/T_PKn_1605505_Chapter1.pdf http://repository.upi.edu/46809/5/T_PKn_1605505_Chapter2.pdf http://repository.upi.edu/46809/6/T_PKn_1605505_Chapter3.pdf http://repository.upi.edu/46809/7/T_PKn_1605505_Chapter4.pdf http://repository.upi.edu/46809/8/T_PKn_1605505_Chapter5.pdf http://repository.upi.edu/46809/9/T_PKn_1605505_Bibliography.pdf http://repository.upi.edu/46809/10/T_PKn_1605505_Appendix.pdf |