STUDI MASKULINITAS ANAK DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Istilah anak laki-laki akan menjadi laki-laki diterima secara luas di masyarakat, seolah identitas maskulinitas bersifat bawaan dan alami. Proses untuk menjadi laki-laki melibatkan pembelajaran maskulinitas yang dibentuk sejak dini melalui berbagai konteks dan situasi dalam lingkungan sosial termasu...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Sarah Nandya Mutiara, - (Author)
Format: Book
Published: 2020-08-26.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Istilah anak laki-laki akan menjadi laki-laki diterima secara luas di masyarakat, seolah identitas maskulinitas bersifat bawaan dan alami. Proses untuk menjadi laki-laki melibatkan pembelajaran maskulinitas yang dibentuk sejak dini melalui berbagai konteks dan situasi dalam lingkungan sosial termasuk lingkungan sekolah dalam pendidikan Taman Kanak-kanak. melalui lingkungan Taman Kanak-kanak anak belajar membangun maskulinitas yang dipengaruhi oleh sterotipe, dimana sterotipe maskulin berkaitan dengan perilaku toksik seperti kekerasan, kekuatan, keberanian dan tidak menangis. Pelibatan perilaku toksik dalam pembangunan maskulinitas anak laki-laki bukan merupakan hal baru, dimana anak yang menunjukan perilaku toksik sering di anggap biasa dan alami pandangan tersebut terjadi dikarenakan terdapat sterotipe yang berkembang, dimana anak laki-laki harus dapat menunjukan ciri-ciri maskulin dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana maskulinitas pada anak laki-laki di Taman Kanak-kanak dibangun. Sehingga untuk dapat memutus rantai kekerasan perlu dilakukan analisis bagaimana anak laki-laki membangun maskulinitasnya di Taman Kanak-kanak. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan disan penelitian focused ethnography. Temuan dilapangan menunjukan bahwa maskulinitas pada anak laki-laki dapat dibangun melalui dua cara, dimana anak terlibat secara aktif dalam pengembangan maskulinitasnya dan sekolah ikut melibatkan diri dalam pengembangan maskulinitas anak laki-laki di Taman Kanak-kanak The term boy will become male is widely accepted in society, as if the identity of masculinity is innate and natural. The process of being male involves learning masculinities that are formed early on through various contexts and situations in the social environment including the school environment in kindergarten education. Through the kindergarten environment, children learn to build masculinity that is influenced by stereotypes, where masculine stereotypes are related to toxic behaviors such as violence, strength, courage and not crying. The involvement of toxic behavior in the development of male masculinity is not new, where children who exhibit toxic behavior are often considered normal and experience this view because there are developing stereotypes, where boys must be able to show masculine characteristics in life. daily. This study aims to determine how masculinity in boys in Kindergarten is built. So that to break the chain of violence it is necessary to analyze how boys build their masculinity in Kindergarten. This study used a qualitative approach with a focused ethnographic research design. The findings in the field show that masculinity in boys can be constructed in two ways, namely that children are actively involved in the development of their masculinity and schools are involved in the development of male masculinity in Kindergarten.
Item Description:http://repository.upi.edu/53020/1/S_PAUD_86107_Title.pdf
http://repository.upi.edu/53020/2/S_PAUD_86107_Chapter%201.pdf
http://repository.upi.edu/53020/3/S_PAUD_86107_Chapter%202.pdf
http://repository.upi.edu/53020/4/S_PAUD_86107_Chapter%203.pdf
http://repository.upi.edu/53020/5/S_PAUD_86107_Chapter%204.pdf
http://repository.upi.edu/53020/6/S_PAUD_86107_Chapter%205.pdf
http://repository.upi.edu/53020/7/S_PAUD_86107_Appendix.pdf