IMPLIKATUR DALAM TUTURAN PADA KOLOM REPLY TWITTER YANG DIDUGA PERKARA PERUNDUNGAN SIBER
Penelitian ini menganalisis implikatur dalam tuturan pada kolom reply twitter yang diduga perkara perundungan siber dengan pisau analisis pragmatik-forensik. Penelitian kualitatif deskriptif ini difokuskan pada implikatur percakapan pada kolom reply twitter untuk menemukan tuturan-tuturan perundunga...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2020-08-28.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Penelitian ini menganalisis implikatur dalam tuturan pada kolom reply twitter yang diduga perkara perundungan siber dengan pisau analisis pragmatik-forensik. Penelitian kualitatif deskriptif ini difokuskan pada implikatur percakapan pada kolom reply twitter untuk menemukan tuturan-tuturan perundungan siber. Penelitian ini dianalisis berdasarkan ketidakpatuhan maksim dari Grice serta mengungkap adanya dugaan perundungan siber secara linguistik forensik dan UU ITE dalam ujaran-ujaran di kolom reply twitter. Adapun data Bahasa yang diperoleh adalah hasil purposive sampling, screenshot dan transkripsi data tuturan-tuturan pada kolom reply twitter dalam konteks situasi non-formal. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan 1) ketidakpatuhan maksim yaitu, flouting the maxim dan violating the maxim, 2) analisis implikatur percakapan pada ujaran-ujaran tersebut secara linguistik forensik cenderung menyalahi UU ITE pasal 27 ayat 3 Jo45C yang membahas hal tentang menghina, mencemarkan nama baik. The present forensic-pragmatic study was conducted to explore and describe the types of implicature (implied meaning) in twitter replies. This descriptive qualitative study was focused on examining implicature in the twitter reply columns to figure out any cyberbullying-related speech. The data were analysed based on Grice's implicature. The linguistic data were obtained through screenshots, purposive sampling, and text transcription of the Twitter in the non-formal context. The results show that 1) the non-observance maxim in the conversation include flouting the maxim and violating the maxim, as classified by Grice; 2) and analysis of implicature of these utterances, in the forensic linguistics viewpoint, have a tendency to violate the Law of the Republic of Indonesia concerning Electronic Information and Transactions, article 27 paragraph 3 Jo45C about affronts and defamation. . |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/53607/8/T_LING_1803011_Title.pdf http://repository.upi.edu/53607/2/T_LING_1803011_Chapter1.pdf http://repository.upi.edu/53607/3/T_LING_1803011_Chapter2.pdf http://repository.upi.edu/53607/4/T_LING_1803011_Chapter3.pdf http://repository.upi.edu/53607/5/T_LING_1803011_Chapter4.pdf http://repository.upi.edu/53607/6/T_LING_1803011_Chapter5.pdf http://repository.upi.edu/53607/7/T_LING_1803011_Appendix.pdf |