PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA UJARAN PADA ANAK AUTISTIK : Studi Kasus Pada Anak Autistik Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Ujaran di Kelas D5 SLB B-C Sumbersari - Bandung

• Main Author: dedih Rahmat, - (Author)
• Format: Book
• Published: 2009-08-22.
• Subjects: Thesis; NonPeerReviewed
• Online Access: Link Metadata
• Notes: http://repository.upi.edu/63405/1/S_PKH__047306_Table_of_content.pdf; http://repository.upi.edu/63405/2/S_PKH__047306_Chapter1.pdf; http://repository.upi.edu/63405/3/S_PKH__047306_Chapter2.pdf; http://repository.upi.edu/63405/4/S_PKH__047306_Chapter3.pdf; http://repository.upi.edu/63405/5/S_PKH__047306_Chapter4.pdf; http://repository.upi.edu/63405/6/S_PKH__047306_Chapter5.pdf; http://repository.upi.edu/63405/7/S_PKH_047306_Bibliography.pdf; http://repository.upi.edu/63405/8/S_PKH_047306_Appendix.pdf
• Keywords: L Education (General); LC Special aspects of education

Anak autistik mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena terganggunya fungsi otak yang bersifat perfasive sehingga jika seorang guru tidak bisa menerapkan dari segi kekurangan anak autistik khususnya dari segi bicara maka anak akan cepat bosan dan tidak tertarik dalam kegiatan belajar mengajar. Masalah yang dimiliki anak autistik saat mempelajari ujaran adalah begitu banyak kalimat mereka memiliki ciri ekolali (membeo/mengulang kata) dan mengapa penggunaan bahasa mereka sering tidak memiliki kreativitas dan daya cipta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan strategi studi kasus. Kasus yang dibahas dalam penelitian ini adalah permasalahan mengenai pembelajaran bahasa ujaran pada anak autistik, terutama yang dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak autistik. Hasil penelitian mengungkapkan, seorang orang tua dari anak autistik kelas DV SLB B-C Sumber Sari - Bandung, mengalami masalah dalam mengajarkan bahasa ujaran terhadap anaknya, di karenakan anak mengalami penyimpangan perkembangan sosial, emosi, kemauan (gangguan pervasive) dan kemampuan berbahasa yang minim, sehingga pembelajaran bahasa ujaran terasa sulit. Sedangkan cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, adalah dengan upaya pembelajaran bahasa ujaran yang dilakukan oleh guru dan utamanya orang tua menggunakan media kongkrit dan media gambar, serta cara kreatif lainnya yang dapat menarik perhatian anak. Peran guru dan khususnya peran orang tua sudah tergolong cukup baik dalam proses pembelajaran. Selain itu, motivasi anak autistik dalam proses pembelajaran bahasa ujaran meningkat di karenakan pembelajaran bahasa ujaran menggunakan media gambar dan media kongkrit serta menggunakan cara yang kreatif dari pihak sekolah dan orang tua. Kesimpulannya, guru dan terutama orang tua anak autistik tersebut telah cukup memahami proses pembelajaran bahasa ujaran melalui berbagai cara. Sebagai rekomendasi, sekiranya agar guru dan orang tua selalu berupaya melakukan proses pembelajaran bahasa ujaran terhadap anak autistik hingga mencapai batasan yang optimal dari diri anak autistik tersebut. Diharapkan pula kepada peneliti selanjutnya yang berniat melakukan penelitian serupa, dapat mengungkap masalah lain yang belum terungkap dalam penelitian ini.