STRESS GURU DALAM MENANGANI ANAK USIA DINI BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Fenomenologi pada Guru TK Inklusif di Majalengka)

Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling effektif dalam memerangi diskriminatif, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai education for all. Pendidikan inklusif bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus dengan adanya perkembangan d...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Ayu Wulandari, - (Author)
Format: Book
Published: 2020-01-27.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Sekolah reguler dengan orientasi inklusif merupakan cara yang paling effektif dalam memerangi diskriminatif, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai education for all. Pendidikan inklusif bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus dengan adanya perkembangan dalam keterampilan akademik dan perilaku adaptif anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus. Keberhasilan implementasi kebijakan inklusif sebagian besar tergantung pada pendidik yang positif. Namun, perilaku buruk siswa menjadi tantangan dalam mengajar, siswa yang memiliki kebutuhan khusus dalam kelas inklusif maupun terpisah menjadi salah satu penyebab stress. Sehingga, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana proses stress guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus di TK. Proses tersebut terdiri dari agen penyebab stress, interpretasi stress guru, upaya koping guru, dan dampak stress guru anak berkebutuhan khusus. Metode yang digunakan adalah fenomenologi, dengan teknik pengambilan data melalui wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan profil guru ABK di TK, kemudian ditemukan sumber stress yang sangat bervariasi, dikelompokkan berdasarkan tiga sumber utama yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi dan faktor individu. Interpretasi stress ditunjukkan dengan munculnya gejala fisiologis seperti sakit kepala, lelah, rontok, jerawat, hingga gejala ginjal dan gejala typus, dan munculnya gejala psikologis, seperti tidur tidak teratur, hilang nafsu makan, serta masalah perilaku guru. Koping stress dilakukan guru dengan problem focused, emotion focused, problem or emotion focused. Dampak stress guru yang mengajar juga dirasakan oleh individu baik secara fisiologis maupun psikologis, dan dampak stress terhadap lingkungan, baik itu sekolah maupun peserta didiknya.
Item Description:http://repository.upi.edu/69094/7/T_PAUD_1707451_Title.pdf
http://repository.upi.edu/69094/2/T_PAUD_1707451_Chapter%201.pdf
http://repository.upi.edu/69094/3/T_PAUD_1707451_Chapter%202.pdf
http://repository.upi.edu/69094/4/T_PAUD_1707451_Chapter%203.pdf
http://repository.upi.edu/69094/5/T_PAUD_1707451_Chapter%204.pdf
http://repository.upi.edu/69094/6/T_PAUD_1707451_Chapter%205.pdf
http://repository.upi.edu/69094/1/T_PAUD_1707451_Appendix.pdf