ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN DAN LAND SURFACE TEMPERATURE TERHADAP TINGKAT KEKRITISAN LINGKUNGAN DI KOTA TANGERANG SELATAN BERBASIS CITRA MULTITEMPORAL LANDSAT 8

Perkembangan wilayah di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat dari lahan terbangun semakin meningkat, sedangkan penutup lahan semakin berkurang. Hal tersebut meningkatkan suhu permukaan daratan yang dapat menimbulkan tingkat kekritisan lingkungan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Eva Safitri, - (Author)
Format: Book
Published: 2022-01-21.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Perkembangan wilayah di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat dari lahan terbangun semakin meningkat, sedangkan penutup lahan semakin berkurang. Hal tersebut meningkatkan suhu permukaan daratan yang dapat menimbulkan tingkat kekritisan lingkungan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) kondisi perkembangan lahan terbangun, land surface temperature, 2) pengaruh perkembangan lahan terbangun terhadap LST, serta 3) pengaruh perkembangan lahan terbangun dan LST terhadap tingkat kekritisan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode penginderaan jauh dengan algoritma Built-Up Index, LST, dan Environmental Criticality Index didukung oleh pendekatan keruangan, serta analisis regresi linear sederhana dan berganda. Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa perkembangan lahan terbangun pada tahun 2016 dan 2020 menurun sebesar 261,14 Ha untuk kelas non bangunan, serta meningkat sebesar 261,14 Ha untuk kelas lahan terbangun. LST pada tahun 2016 dan 2020 mengalami perbedaan yang signifikan. Pada tahun 2016, kelas LST terendah yang dimulai dari kategori sangat dingin hingga sejuk. Pada tahun 2021, terjadi pergeseran kelas LST terendah yang dimulai dari kategori agak dingin hingga sangat panas. Tingkat kekritisan lingkungan pada tahun 2016 dan 2020 menurun sebesar 241,65 Ha untuk kategori tidak kritis, meningkat sebesar 222,84 Ha untuk kategori kritis, serta meningkat sebesar 18,81 Ha untuk kategori sangat kritis. Hasil regresi linear sederhana dan berganda berupa pengaruh perkembangan lahan terbangun terhadap LST, serta perkembangan lahan terbangun dan LST terhadap tingkat kekritisan lingkungan menunjukkan nilai koefisien determinasi lebih dari 50% dan nilai koefisien bernilai positif sehingga memiliki pengaruh yang berbanding lurus. The development of the area in South Tangerang City can be seen from the increase in built-up land, while the land cover decreases. This increases the land surface temperature which can lead to a high level of environmental criticality. This study aims to analyze: 1) the development conditions of built-up land, land surface temperature, 2) the influence of built-up land development on ESG, and 3) the effect of the development of built-up land and LST on the level of environmental criticality. The method used is a remote sensing method with the Built-Up Index, LST, and Environmental Criticality Index algorithms supported by a spatial approach, as well as simple and multiple linear regression analysis. Based on the results obtained, it shows that the development of built-up land in 2016 and 2020 decreased by 261.14 Ha for the non-building class, and increased by 261.14 Ha for the built-up land class. LST in 2016 and 2020 experienced a significant difference. In 2016, the lowest ESG class starting from the very cold to cold category. In 2021, there will be a shift in the lowest LST class starting from the slightly cold to very hot category. The level of environmental criticality in 2016 and 2020 decreased by 241.65 Ha for the non-critical category, increased by 222.84 Ha for the critical category, and increased by 18.81 Ha for the very critical category. The results of simple and multiple linear regression in the form of the influence of developed land development on ESG, as well as the development of built-up land and ESG on the level of environmental criticality show the coefficient of determination is more than 50% and the coefficient value is positive so that it has a directly proportional effect.
Item Description:http://repository.upi.edu/71993/7/S_SIG_1806728_Title.pdf
http://repository.upi.edu/71993/2/S_SIG_1806728_Chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/71993/3/S_SIG_1806728_Chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/71993/4/S_SIG_1806728_Chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/71993/5/S_SIG_1806728_Chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/71993/6/S_SIG_1806728_Chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/71993/1/S_SIG_1806728_Appendix.pdf