KEMAMPUAN PEMAHAMAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU DENGAN HAMBATAN MAJEMUK DI SLB BC PAMBUDI DHARMA 2 CIMAHI
Permasalahan utama anak tunarungu adalah ketidakmampuannya untuk mendengar sehingga menyebabkan perkembangan kemampuan berbahasa mereka terlambat. Sementara itu, kemampuan berbahasa ditunjang oleh kuantitas dan kualitas kosakata. Penelitian ini bertujuan untuk memotret kemampuan pemahaman kosakata d...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2013-08-13.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Permasalahan utama anak tunarungu adalah ketidakmampuannya untuk mendengar sehingga menyebabkan perkembangan kemampuan berbahasa mereka terlambat. Sementara itu, kemampuan berbahasa ditunjang oleh kuantitas dan kualitas kosakata. Penelitian ini bertujuan untuk memotret kemampuan pemahaman kosakata dasar siswa tunarungu yang memiliki hambatan majemuk serta peran guru dan keluarga dalam pengembangan pemahaman kosakatanya. Penelitian dilakukan di SLB BC Pambudi Dharma 2 Cimahi dengan melibatkan seorang siswi tunarungu-lowvision berusia 11 tahun yang duduk di kelas D2, seorang siswa tunarungu-grahita berusia 11 tahun yang duduk di kelas D2, dua orang guru kelas D2, orangtua siswi tunarungu-lowvision, dan orangtua siswa tunarungu-grahita. Siswi tunarungu-lowvision memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran dan penglihatan, sementara siswa tunarungu-grahita mengalami hambatan dalam sosialisasi, adaptasi, dan kemampuan kognitif. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa tes, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada usia 11 tahun, siswa tunarungu-lowvision menguasai sekitar 39-45 kosakata dasar dan siswa tunarungu-grahita menguasai 56-72 kosakata dasar. Tunarungu-lowvision lebih menguasai kata bilangan, istilah kekerabatan, dan anggota tubuh. Sementara tunarungu-grahita lebih menguasai kata kerja, istilah kekerabatan, dan anggota tubuh. Jenis kosakata dasar yang tidak dikuasai keduanya sama, yaitu kata keadaan dan kata ganti. Guru dari siswi tunarungu-lowvision mengajarkan pemahaman kosakata berawal dari ketertarikan siswa dan menekankan pengajaran pada mengingat isyarat dan tulisan. Sementara guru dari siswa tunarungu-grahita menetapkan kosakata yang akan dipelajari terlebih dahulu dan menekankan pengajaran pada membaca ujaran serta mengulang ucapan dan isyarat guru. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menggali cara mengajar yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman kosakata dasar bagi siswa tunarungu dengan hambatan majemuk. Kata kunci : Tunarungu dengan hambatan majemuk, pemahaman kosakata dasar. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/72/1/S_PLB_0806919_TITLE.pdf http://repository.upi.edu/72/2/S_PLB_0806919_ABSTRACT.pdf http://repository.upi.edu/72/3/S_PLB_0806919_TABLE%20OF%20CONTENT.pdf http://repository.upi.edu/72/4/S_PLB_0806919_CHAPTER1.pdf http://repository.upi.edu/72/5/S_PLB_0806919_CHAPTER2.pdf http://repository.upi.edu/72/6/S_PLB_0806919_CHAPTER3.pdf http://repository.upi.edu/72/7/S_PLB_0806919_CHAPTER4.pdf http://repository.upi.edu/72/8/S_PLB_0806919_CHAPTER5.pdf http://repository.upi.edu/72/9/S_PLB_0806919_BIBLIOGRAPHY.pdf |