PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF: Studi Kasus pada SD X dan SD Y sebagai Sekolah UjicobaPelaksanaanPendidikan Inklusif di Provinsi Jawa Barat

Pendidikan inklusif berkembang dari keyakinan fundamental bahwa setiap individu dapat belajar, tumbuh, dan bekerja dengan semua orang, Pendidikan inklusif tidak sekedar da1am konteks memasukan anak berkebutuhan khusus ke sekolah umum, tetapi substansinya ada pada pemenuhan kebutuhan khusus setiap an...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Nunung Siti Sopiah, - (Author)
Format: Book
Published: 2006.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoupi_75022
042 |a dc 
100 1 0 |a Nunung Siti Sopiah, -  |e author 
245 0 0 |a PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF: Studi Kasus pada SD X dan SD Y sebagai Sekolah UjicobaPelaksanaanPendidikan Inklusif di Provinsi Jawa Barat 
260 |c 2006. 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/1/T_PKKH_049234_Title.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/2/T_PKKH_049234_Chapter1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/3/T_PKKH_049234_Chapter2.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/4/T_PKKH_049234_Chapter3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/5/T_PKKH_049234_Chapter4.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/6/T_PKKH_049234_Chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/75022/7/T_PKKH_049234_Appendix.pdf 
520 |a Pendidikan inklusif berkembang dari keyakinan fundamental bahwa setiap individu dapat belajar, tumbuh, dan bekerja dengan semua orang, Pendidikan inklusif tidak sekedar da1am konteks memasukan anak berkebutuhan khusus ke sekolah umum, tetapi substansinya ada pada pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak. Untuk itu pemenuhan elemen-elernen dasar pendidikan inkluisf adalah sangat penting dan merupakan indikator kualitas pelaksanaan pendidikan inklusif. Pene1itian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Seting penelitiannya adalah SD X dan SD Y Bandung .. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data diolah berdasarkan teknik analisis data kualitataif yaitu dengan berpikir kritis-induktif, proses analisis data menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Haberman. Hasil Penelitian menunjukan (1) Kepala SD X masih menganut paradigma lama, sedangkan gurunya menganggap pembelajaran ABK adalah tanggung jawab (GPK). Pembelajarannya masih belum inklusif. Pembinaan kompetensi kepala sekolah dan guru masih bersifat insidental, Support system terhadap SD X rendah meskipun merupakan sekolah ujicoba. Kendala yang dihadapi berkaitan dengan k.etergantungan terhadap GPK,, jumlah ABK yang sangat banyak dan bervariasi, kurangnya sarana prasarana. Upaya mengatasi kendala baru dalam bentuk membeli buku dan forum rembug. (2) Kepala SD Y masih menyamakan pendidikan inklusif dengan kelas khusus, guru masih melihat ABK adalah siswa yang harus dilayani secara khusus dan pelaksanaan pembelajarannya belum memenuhi elemen pendidikan inklusif. Pembinaan kompetensi kepala sekolah dan gurunya baru bersifat insidental. Support system pada SD Y masih rendah, Kendalanya ada1ah kurang ruang kelas, jumlah siswa sangat banyak, dalam tiap kelas rata-rata mengakomodasi 65 siswa termasuk ABK, kurangnya tenaga pengajar, tidak ada tim ahli yang membantu. Upaya yang dilakukan yaitu dengan membentuk tim guru yang terdiri dari guru yang telah diberi pembekalan, untuk membuat program layanan individual bagi ABK, serta laporan perkembangannya. Kesimpulan pelaksanaan pendidikan inklusif di SD X masih jauh dari prinsip-prinsip pendidikan inklusif, proses pembelajarannya masih bersifat klasikal, belum sesuai dengan konsep dan elemen-elemen pendidikan inklusif. Baik itu dilihat dari aspek perencanaan, proses maupun aspek evaluasinya, Pembinaan kompetensi kepala sekolah dan guru SD X Bandung baru bersifat insidental belum terpogram secara khusus. Sedangkan kesimpulan pelaksanaan pendidikan inklusif di SD Y masih belum jelas, proses pembelajaran masih bersifat klasikal, penanganan ABK dilakukan diluar jam pelajaran, hal ini belum memenuhi elemen-elemen pendidikan inklusif. Implikasinya baik di SD X maupun SD Y perlu reorientasi dan resosia1isasi konsep pendidikan inklusif. Mengingat ada miskonsepsi sejak dari pengambil kebijakan sampai implementasinya dilapangan. Dinas Pendidikan · · hendaknya melakukan pembinaan dan pengawasan kepada yang lebih subtansial da1am perspektif peningkatan mutu melalui pembinaan terhadap elemen-elemen dasar pendidikan inklusif, sehingga indikatornya dapat diukur. Mekanisme kolaborasi dengan unsur terkait termasuk dengan SLB sebagai pusat sumber untuk bersama-sama membantu guru kelas memecahkan masalah, seperti menyusun program pembelajaran individual, dan bentuk eva1uasi, hendaknya lebih dikembangkan. 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a L Education (General) 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/75022/ 
787 0 |n http://repository.upi.edu 
856 |u https://repository.upi.edu/75022  |z Link Metadata