STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS 5 SD INKLUSI X DAN Y KOTA BANDUNG

Pendidikan inklusif berkembang dari keyakinan fundamental bahwa setiap individu dapat belajar, tumbuh, dan bekerja dengan semua orang, Pendidikan inklusif tidak sekedar dalam konteks memasukan anak berkebutuhan khusus ke sekolah umum, tetapi substansinya ada pada pemenuhan kebutuhan khusus setiap an...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Lukman, Hakim (Author)
Format: Book
Published: 2011-12-13.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoupi_8387
042 |a dc 
100 1 0 |a Lukman, Hakim  |e author 
245 0 0 |a STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS 5 SD INKLUSI X DAN Y KOTA BANDUNG 
260 |c 2011-12-13. 
500 |a http://repository.upi.edu/8387/1/t_pkkh_0908272_chapter3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8387/1/t_pkkh_0908272_table_of_content.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8387/2/t_pkkh_0908272_chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8387/2/t_pkkh_0908272_bibliography.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8387/2/t_pkkh_0908272_chapter1.pdf 
520 |a Pendidikan inklusif berkembang dari keyakinan fundamental bahwa setiap individu dapat belajar, tumbuh, dan bekerja dengan semua orang, Pendidikan inklusif tidak sekedar dalam konteks memasukan anak berkebutuhan khusus ke sekolah umum, tetapi substansinya ada pada pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak. Untuk itu pemenuhan elemen-elemen dasar pendidikan inkluisf adalah sangat penting dan merupakan indikator kualitas pelaksanaan pendidikan inklusif. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Seting penelitiannya adalah SD inklusi Y dan SD X Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data diolah berdasarkan teknik analisis data kualitataif yaitu dengan berpikir kritis-induktif, proses analisis data menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Haberman. Hasil Penelitian menunjukan (1) rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru SD Y masih menganut paradigma lama, sedangkan gurunya menganggap pembelajaran ABK adalah tanggung jawab (GPK). Pembelajarannya masih belum inklusif. Kendala yang dihadapi berkaitan dengan ketergantungan terhadap GPK, jumlah ABK yang sangat banyak dan bervariasi, kurangnya sarana prasarana. Evaluasi dilaksanakan untuk semua peserta didik, tanpa mengakomodir kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus dan dipercayakan kepada GPK. (2) SD inklusi X baru bisa menerima ABK dalam tarap yang masih mampu disejajarkan dengan peserta didik pada umumnya, hingga rancana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi dibuat sama. Sarana dan prasana di SD ini relatif memadai untuk mengembangkan pembelajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik. Ruang kelas yang luas, dengan jumlah siswa tidak terlalu banyak. Meja dan kursi diperuntukan bagi tiap peserta didik dan mudah untuk berbagai strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Ruangan terlihat terang dan segar, karena banyak jendela dan beberapa ventilasi udara yang membuat sirkulasi udara menjadi lancar. Kesimpulan pelaksanaan pendidikan inklusif di SD Y masih jauh dari prinsip-prinsip pendidikan inklusif, proses pembelajarannya masih bersifat klasikal, belum sesuai dengan konsep dan elemen-elemen pendidikan inklusif. Baik itu dilihat dari aspek perencanaan, proses maupun aspek evaluasinya. Keadaan ini disebabkan oleh system sekolah yang mempercayakan ABK sepenuhnya kepada GPK dan ABK yang ada di kelas adalah ABK yang berkemempuan rendah dalam beradaftasi. Sedangkan kesimpulan pelaksanaan pembelajaran inklusif di SD X sudah mampu mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik, walaupun guru kelas tidak merancang secara khusus RPP, Skenario Pembelajaran dan Evaluasi untuk kelas yang beragam. Implikasinya baik di SD X maupun SD Y perlu reorientasi dan resosialisasi rancangan program pembelajaran, scenario pembelajaran dan evaluasi pembelajaran baik dalam tataran teori maupun praktek di lapangan yang memperhatikan keberagaman peserta didik dalam kelas. Mekanisme kolaborasi yang jelas antar disiplin untuk bersama-sama membantu guru kelas memecahkan masalah, menyusun program pembelajaran individual, bentuk evaluasi hendaknya dikembangkan, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti forum rembug atau " Lesson Study.", dan sebagainya. 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a LC Special aspects of education 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/8387/ 
787 0 |n http://repository.upi.edu 
856 |u https://repository.upi.edu/8387  |z Link Metadata