PERUBAHAN SOSIAL DI BANYUMAS (1890-1900) APLIKASI PEMBELAJARAN NILAI SEJARAH DALAM KERANGKA PIPS

Penelitian ini ditekankan pada studi sejarah sosial Banyumas selama periode 1830-1900. Pada periode itu pihak kolonial melaksanakan kebijakan sistem ekonomi terhadap petani. Pada umumnya penduduk Banyumas terdiri dari petani pemilik lahan dan buruh tani. Mereka dipaksa menyerahkan sebagian tenaga ke...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Sukardi, Tanto (Author)
Format: Book
Published: 2006-08-12.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoupi_8726
042 |a dc 
100 1 0 |a Sukardi, Tanto  |e author 
245 0 0 |a PERUBAHAN SOSIAL DI BANYUMAS (1890-1900) APLIKASI PEMBELAJARAN NILAI SEJARAH DALAM KERANGKA PIPS 
260 |c 2006-08-12. 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/1/d_ips_038735_table_of_content.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/2/d_ips_038735_chapter1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/3/d_ips_038735_chapter_2.1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/4/d_ips_038735_chapter_3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/5/d_ips_038735_chapter_4.1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/6/d_ips_038735_chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/8726/7/d_ips_038735_bibliography.pdf 
520 |a Penelitian ini ditekankan pada studi sejarah sosial Banyumas selama periode 1830-1900. Pada periode itu pihak kolonial melaksanakan kebijakan sistem ekonomi terhadap petani. Pada umumnya penduduk Banyumas terdiri dari petani pemilik lahan dan buruh tani. Mereka dipaksa menyerahkan sebagian tenaga kerja untuk perkebunan yang pelaksanaannya dikontrol oleh pemerintah untuk mengasilkan komoditi ekspor dunia, seperti kopi, teh, gula, indigo, rempah, dan sebagainya. Bekerja di perkebunan memberlukan waktu yang lama, sejak penanaman sampai masa panen patani melakukan pekerjaan untuk pihak luar di tanah pertanian sendiri. Sebagai akibatnya, keluarga petani mengalami penderitaan, karena lahan dan sawah mereka tidak dapat menghasilkan bahan makanan yang dibutuhkan. Hal ini berlangsung dalam waktu lama, sehingga mendatangkan kondisi yang sangat buruk, mereka mengalami penderitaan yang berupa kekuarangan nutrisi, kelaparan, kematian dengan tingkat mortalitas yang sangat tinggi. Kemiskinan itu memaksa petani dan keluarganya untuk membentuk dan melancarkan aksi baru yang berupa, sikap, adat kebiasaan dan tradisi sebagai perwujudan pertahanan diri agar mereka dapat bertahan hidup dari ancaman penindasan dan eksploitasi. Hal itulah yang merupakan kerangka pemikiran dari studi ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif untuk penelitian sejarah, terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, historiografi, dan eksplanasi, dan metode penggalian nilai sejarah, dengan pendekatan ethnografi, fenomenologi, dan hermeneutika yang digabungkan dengan metode kuantitatif untuk penelitian pembelajaran sejarah. Pewarisan nilai-nilai sosial budaya dari suatu generasi kepada generasi baru terpusat pada perhatian, sesuai dengan pemikiran yang berlaku di antara generasi muda untuk menghadapi perubahan sosial yang disebabkan oleh industrialisasi dan globalisasi. Perubahan dalam era globalisasi yang disebabkan oleh modernisasi menuntut adaptasi sebagai acuan sikap dan perilaku penduduk. Diperlukan model berdasarkan pengalaman masa lampau sebagai referensi malalui studi sejarah sosial di tingkat lokal. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan selama gelombang pertama globalisasi dalam hal ini adalah empati mahasiswa yang berkaitan dengan identitas diri, keagamaan, integrasi sosial, solidaritas sosial, dan etos kerja, yang terkandung dalam sejarah sosial di tingkat lokal secara kuantitatif untuk mengetahui relevansinya dengan tuntutan hidup yang dibutuhkan dalam era modernisasi dan globalisasi, kesadaran sejarah tentang nilai-nilai, dan signifikansi pengaruh ketrampilan berpikir sejarah terhadap kesadaran sejarah di antara peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa 25 % peserta didik memiliki ketrampilan berpikir sejarah sangat baik, sebanyak 45 % peserta didik memiliki tingkat ketrampilan baik, dan 30 % berada pada tingkat cukup. Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh positif ketrampilan berpikir sejarah peserta didik terhadap empati tentang nilai identitas diri, keagamaan, integrasi sosial, solidaritas sosial, dan etos kerja. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa pentingnya penenaman nilai-nilai yang terdapat dalam materi sejarah sosial di tingkat lokal seperti sejarah sosial di Banyumas, yang signifikan dalam membentuk ketrampilan berpikir tingkat tinggi seperti yang dituntut pada ketrampilan berpikir sejarah, kesadaran sejarah, dan pembelajaran moral dan etika di antara mahasiswa sejarah. 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a H Social Sciences (General) 
690 |a HM Sociology 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/8726/ 
787 0 |n http://repository.upi.edu 
856 |u https://repository.upi.edu/8726  |z Link Metadata