KAJIAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK FPTK UPI SEBAGAI TEMPAT AKTIVITAS MAHASISWA

Individu tunanetra mengalami keterbatasan dalam pengelihatan. Agar dapat berinteraksi dengan lingkungan, tunanetra membutuhkan pelatihan orientasi dan mobilitas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan tunanetra. Salah satu lembaga pen...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ARIEF, Miftah (Author)
Format: Book
Published: 2011-01-25.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Individu tunanetra mengalami keterbatasan dalam pengelihatan. Agar dapat berinteraksi dengan lingkungan, tunanetra membutuhkan pelatihan orientasi dan mobilitas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan tunanetra. Salah satu lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan khusus untuk tunanetra adalah Sekolah Luar Biasa tunanetra (SLB-A) Bandung. Tujuan dari pendidikan di sekolah ini adalah untuk melatih anak tunanetra mengembangkan sikab, pengetahuan, dan keterampilan. Ruang belajar merupakan salah satu sarana yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Individu tunanetra membutuhkan desain yang sesuai dengan keadaannya, yakni desain yang dapat memberi kemudahan, keamanan, kemandirian serta kenyamanan pengguna untuk melakukan aktivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kenyataan ruang belajar di SDLB A Bandung, apakah desain ruang belajar sudah sesuai dengan kebutuhan tunanetra dan memenuhi standar bangunan pendidikan luar biasa yang ditetapkan pemerintah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif, dan analisis secara kualitatif. Teknik pengumpul data yang dilakukan studi literatur, ,observasi dan dokumentasi. Elemen yang diidentifikasi yaitu elemen ruang yang meliputi bentuk ruang, besaran ruang, warna, pencahayaan, dan sistem akustik, lantai, dinding, pintu, jendela, plafond dan perabot dan ruang sirkulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen-elemen ruang dan desainnya yang ada di SDLB 80 % memenuhi standar yang ditetapkan. Namun desain tersebut masih belum cukup untuk memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan orientasi dan mobilitas anak tunanetra karena standar yang digunakan belum sepenuhnya didasari oleh karakteristik dan tuntutan desain untuk tunanetra. Saran yang direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian ini bahwa dalam merancang ruang belajar khusus untuk anak tunanetra harus mempertimbangkan aspek perilaku, sosial, budaya, estetika dan dimensi secara arsitektur agar kebutuhan akan ruang terakomodasi dengan baik. Selain itu, perencanaan ruang mulai dari bentuk, besaran ruang, warna, pencahayaan dan sistem akustik harus mengikuti standar atau persyaratan arsitektural agar ruang yang tercipta dapat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Item Description:http://repository.upi.edu/906/1/s_e0151_044161_table_of_content.pdf
http://repository.upi.edu/906/2/s_e0151_044161_chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/906/4/s_e0151_044161_chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/906/3/s_e0151_044161_chapter2.pdf
http://repository.upi.edu/906/5/s_e0151_044161_chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/906/6/s_e0151_044161_chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/906/7/s_e0151_044161_chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/906/9/s_e0151_044161_chapter4.pdf
http://repository.upi.edu/906/8/s_e0151_044161_bibliography.pdf
http://repository.upi.edu/906/10/s_e0151_044161_chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/906/11/s_e0151_044161_bibliography.pdf