PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA DEAFBLIND :Studi kasus di SLB Helen Keller Yogyakarta
Penelitian ini berangkat dari kasus pengembangan keterampilan komunikasi untuk siswa deafblind. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengembangan keterampilan komunikasi yang ada di SLB Helen Keller Yogyakarta. Komunikasi adalah alat yang dapat menjembatani kehidupan sese...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2011-08-04.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Penelitian ini berangkat dari kasus pengembangan keterampilan komunikasi untuk siswa deafblind. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengembangan keterampilan komunikasi yang ada di SLB Helen Keller Yogyakarta. Komunikasi adalah alat yang dapat menjembatani kehidupan seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Seorang anak deafblind memiliki hambatan dalam pendengaran dan penglihatannya, padahal kedua sensori utama itulah manusia dapat memperoleh semua informasi yang berhubungan dengan tindak lanjutnya dalam berkomunikasi. Seorang anak deafblind selalu terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena ketidak mampuan mereka dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya tersebut. Seorang anak deafblind juga memerlukan pembelajaran tentang komunikasi yang khusus dari guru agar mereka dapat berkembang dengan lebih baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus. Studi kasus dipilih karena ada keunikan pada kasus pengembangan komunikasi yang ada di sekolah ini. Keunikan tersebut adalah sekolah ini merupakan sekolah luar biasa yang berbasis dari sekolah luar biasa untuk anak tunarungu. sedangkan anak-anak deafblind memiliki kesulitan dalam menterjemahkan informasi yang berasal dari visual mereka. Penelitian ini ber-setting pembelajaran yang ada disekolah, dengan informan 2 orang guru dan 2 orang siswa. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi siswa deafblind secara ekspresif lebih tampak daripada secara reseptif ketika mereka berhubungan dengan guru dan teman sebayanya. Hambatan yang dialami guru ketika melakukan pembelajaran dengan deafblind adalah penggunaan simbol untuk memaknai suatu konsep abtrak dan karakteristik pasif yang dimiliki oleh anak sering membuat pembelajaran tidak berjalan baik dari dua arah. Program sekolah untuk anak deafblind adalah sekolah menerapkan penggunaan media kongkrit dan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan siswanya, assesmen yang belum formal bentuknya dilakukan secara on-going dan diawal semester untuk merumuskan kurikulum. Pengembangan komunikasi dilakukan secara fleksibel disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Evaluasi program dilakukan diakhir semester dan secara rutin setiap 2 bulan sekali sekolah mengadakan case-conference untuk membahas masalah yang mungkin dihadapi guru selama pembelajaran. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/9116/7/t_pkkh_0908359_table_of_contents.pdf http://repository.upi.edu/9116/2/t_pkkh_0908359_chapter1.pdf http://repository.upi.edu/9116/3/t_pkkh_0908359_chapter2.pdf http://repository.upi.edu/9116/4/t_pkkh_0908359_chapter3.pdf http://repository.upi.edu/9116/5/t_pkkh_0908359_chapter4.pdf http://repository.upi.edu/9116/6/t_pkkh_0908359_chapter5.pdf http://repository.upi.edu/9116/1/t_pkkh_0908359_bibliography.pdf |