KAJIAN STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN PROSES PENCIPTAAN CERITA NINI ANTEHDI KOTAMADYA DAN KABUPATEN BANDUNG

Penelitian yang berjudul "Kajian Struktur, Konteks Penuturan, Fungsi, Dan Proses Penciptaan Cerita Nini Anteh di Kotamadya dan Kabupaten Bandung" ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap artefak budaya Sunda yang berbentuk cerita atau prosa. Oleh karena itu, penelitian ini...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Yostiani Noor Asmi Harini, - (Author)
Format: Book
Published: 2009-07-07.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Penelitian yang berjudul "Kajian Struktur, Konteks Penuturan, Fungsi, Dan Proses Penciptaan Cerita Nini Anteh di Kotamadya dan Kabupaten Bandung" ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap artefak budaya Sunda yang berbentuk cerita atau prosa. Oleh karena itu, penelitian ini bertolak dari bagaimanakah struktur, bagaimanakah konteks penuturan, apa fungsi cerita, dan bagaimana proses penciptaan cerita Nini Anteh. Penelitian deskriptif yang dilakukan ini bersifat kualitatif. Penelitian ini merupakan interpretasi dari penelusuran struktur cerita yang meliputi alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan, dan latar; konteks penuturan; dan proses penciptaan. Dari pengkajian folklor yang menceritakan asal muasal bercak hitam pada bulan tersebut diperoleh gambaran menyeluruh tentang figur Nini Anteh. Pada cerita Nini Anteh 1, figur Nini Anteh yang kemudian mendarat di Bulan merupakan penggambaran manusia dalam memperoleh keseimbangan diri (mikrokosmos) terhadap alam semesta (makrokosmos). Dari penyebutan saepi (pada cerita Nini Anteh 1) yang berfungsi sebagai alat agar Nini Anteh dapat pergi ke Bulan, disinyalir cerita ini tersebar dikalangan pesantren. Meskipun demikian, masih terasa adanya pengaruh Hindu (dengan penamaan Candramawat yang diambil dari nama Dewa Candra). Pada cerita Nini Anteh 2, figur Nini Anteh mengandung makna bahwa perempuan digambarkan dapat mencapai derajat yang tinggi berkat keinginannya yang kuat, kebaikan hati, dan kerja kerasnya. Cerita Nini Anteh 2 ini tercipta dikalangan masyarakat Sunda yang agraris. Hal ini terlihat dari penyebutan tiga biji bibit kacang panjang, tiga biji bibit kapas, pembeli benang, dan Candramawat. Nilai-nilai Islam sudah masuk dalam cerita. Meskipun demikian masih terasa ada pengaruh Hindu (dengan penamaan Candramawat, yang diambil dari Dewa Candra). Hal menarik dalam cerita Nini Anteh 3 adalah penyebutan "Nini" sebagai sapaan. Cerita Nini Anteh 3 ini sangat kental dengan ajaran Islam (dari penyebutan Allah dan Muhammad). Kemudian adanya pergeseran konsep Candramawat (disebutkan memiliki bulu 2 warna yaitu hitam dan putih). Cerita Nini Anteh 1, 2, dan 3 ini memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah sebagai cerminan identitas budaya lokal, sebagai cermin angan-angan suatu kolektif, sebagai pengesahan kebudayaan, sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial dan pengendali sosial, sebagai media pendidikan bagi anak, untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan masyarakat agar dapat lebih superior daripada orang lain, media hiburan, media motivasi, dan peluang bisnis baru.
Item Description:http://repository.upi.edu/93604/4/s_c0151_050590_table_of_content.pdf
http://repository.upi.edu/93604/5/s_c0151_050590_chapter1.pdf
http://repository.upi.edu/93604/1/s_c0151_050590_chapter3.pdf
http://repository.upi.edu/93604/3/s_c0151_050590_chapter5.pdf
http://repository.upi.edu/93604/2/s_c0151_050590_bibliography.pdf