EKSPRESI SENIMAN SENI RUPA TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TAHUN 1974-1989 (KAJIAN PADA GERAKAN SENI RUPA BARU)
Skripsi ini berjudul "Ekspresi Seniman Seni Rupa Terhadap Kebijakan Pemerintah Indonesia Tahun 1974-1989 (Kajian Pada Gerakan Seni Rupa Baru)". Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu bagaimana respon seniman seni rupa dalam Gerakan Seni Rupa Baru terhadap kebijakan pemerintah tah...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2010-12-30.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Skripsi ini berjudul "Ekspresi Seniman Seni Rupa Terhadap Kebijakan Pemerintah Indonesia Tahun 1974-1989 (Kajian Pada Gerakan Seni Rupa Baru)". Permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini yaitu bagaimana respon seniman seni rupa dalam Gerakan Seni Rupa Baru terhadap kebijakan pemerintah tahun1974-1989. Untuk membahas permasalahan tersebut, penulis menguraikannya dalam empat pertanyaan rumusan masalah yaitu 1) Bagaimana perkembangan seni rupa Indonesia tahun 1974? 2) Apa kebijakan pemerintah Orde Baru yang berpengaruh kepada perkembangan Seni Rupa kurun waktu 1974-1989? 3) Bagaimanakah sikap seniman dalam "Gerakan Seni Rupa Baru" terhadap kebijakan pemerintah? dan 4) Apa yang dilakukan seniman dalam "Gerakan Seni Rupa Baru" terhadap perkembangan seni yang ada di Indonesia? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis dengan empat tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk mengumpulkan bahan dan data bagi keperluan skripsi ini, penulis menggunakan teknik studi literatur dan wawancara. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya GSRB ini ialah peristiwa Malari tahun 1974, Pernyataan Desember Hitam dan Kebijakan Depolitisasi kurun waktu 1974-1978. Peristiwa Malari memberikan dampak diberlakukannya sejumlah tindakan 'represif' terhadap organisasi dan kegiatan mahasiswa. Peristiwa Desember Hitam, merupakan bentuk kekecewaan seniman muda pada gaya yang dianut oleh seniman senior. Seniman senior tidak menerima variasi gaya pada seniman muda/junior. Kebijakan depolitisasi ini dilembagakan melalui Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Akibatnya untuk memperoleh perizinan mengadakan pameran seni menjadi lebih sulit. Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) dibentuk pada tahun 1975. GSRB melakukan pamerannya sebanyak tiga kali yaitu tahun 1975, 1977 dan 1979. Pemikiran GSRB dirangkum dalam "Lima Gebrakan Seni Rupa Baru" yaitu pertama, memperluas pengertian seni rupa dilihat dari bentuk karya, kedua menentang spesialisasi pada golongan seniman, ketiga keragaman bentuk dan gaya, keempat mengharapkan perkembangan seni rupa Indonesia mempunyai ciri khas, kelima karya seni mempunyai nilai guna dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sikap GSRB terhadap kebijakan depolitisasi pemerintah ialah melakukan pameran di luar wilayah Perguruan Tinggi. Selain itu penggunaan media tiga dimensi seperti benda pakai sehari-hari dan tema sosial masyarakat dalam membuat karya seni. Pengaruh pemikiran GSRB ialah keanekaragaman bentuk media dalam menghasilkan karya diterima secara umum, seperti penggunaan media dua dimensi dan tiga dimensi dalam satu karya. Hal ini diperlihatkan melalui karya dengan tema sosial masyarakat mulai banyak digunakan seniman. Gaya Cantriskisme pada perguruan tinggi mulai ditinggalkan berganti menjadi kebebasan ekspresi. Pengaruh-pengaruh ini berkembang sehingga muncul aliran baru yaitu realisme foto dan tema karya seni mengenai kehidupan sosial secara terbuka. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/94240/1/s_sej_0605911_table_of_content.pdf http://repository.upi.edu/94240/2/s_sej_0605911_chapter1.pdf http://repository.upi.edu/94240/3/s_sej_0605911_chapter3.pdf http://repository.upi.edu/94240/4/s_sej_0605911_chapter5.pdf http://repository.upi.edu/94240/5/s_sej_0605911_bibliografy.pdf |