PENGARUH TEKNIK KONSELINGTERHADAP HARGA DIRI ANAK TUNALARASDI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA

Anak tunalaras yang merupakan anak dengan penyimpangan perilaku disebabkan adanya hambatan emosi dan/atau sosial seringkali tidak diterima di lingkungannya. Mereka kerap distigmakan sebagai anak nakal dan pembuat onar. Hal ini berpengaruh tehadap harga diri (self esteem) mereka. Program konseling me...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Airin Rahimi, - (Author)
Format: Book
Published: 2010-02-27.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoupi_94523
042 |a dc 
100 1 0 |a Airin Rahimi, -  |e author 
245 0 0 |a PENGARUH TEKNIK KONSELINGTERHADAP HARGA DIRI ANAK TUNALARASDI SLB E PRAYUWANA YOGYAKARTA 
260 |c 2010-02-27. 
500 |a http://repository.upi.edu/94523/1/s_plb_045724_table_of_content.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/94523/2/s_plb_045724_chapter1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/94523/3/s_plb_045724_chapter3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/94523/5/s_plb_045724_chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/94523/4/s_plb_045724_bibliography.pdf 
520 |a Anak tunalaras yang merupakan anak dengan penyimpangan perilaku disebabkan adanya hambatan emosi dan/atau sosial seringkali tidak diterima di lingkungannya. Mereka kerap distigmakan sebagai anak nakal dan pembuat onar. Hal ini berpengaruh tehadap harga diri (self esteem) mereka. Program konseling merupakan sebuah intervensi yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan harga diri pada anak tunalaras tersebut. Program konseling ini merupakan program dengan lima tema utama yang mengangkat tentang pemahaman potensi diri. Mulai dari Identify of Self Esteem, My Body:"I'm Strong!", My Mind: "I'm Smart!", My Soul: "I'm Noble!", dan I Love My Self: "I'm Perfect". Dengan menggunakan tiga teknik konseling, yakni client centered, behavioristik dan eklektik. Penelitian yang dilakukan di SLB E Prayuwanana Yogyakarta ini melibatkan dua subjek penelitian kelas enam dengan spektrum ketunalarasan agresif-destruktif dan inadequated immature dimension (nonagresif). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan uji hipotesis chi kuadrat (x2) yang juga membandingkan antara frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi dengan signifikansi 5%. Hasil penelitian menyatakan seluruh Ho diterima. Ini menyatakan bahwa tidak terdapat kesamaan pengaruh yang signifikan antara teknik harga diri client centered, behavioristik, maupun eklektik terhadap harga diri anak tunalaras secara umum ataupun berdasarkan unsur-unsur harga diri meliputi power, significance, virtue dan compentence. Dinyatakan bahwa anak agresif cocok diberikan program konseling dengan menggunakan teknik behavioristik (terhadap unsur power dan virtue) dan teknik eklektik (untuk unsur significance dan competence). Sedangkan bagi anak tunalaras nonagresif lebih sesuai menggunakan teknik konseling client-centered (untuk unsur virtue, significance dan compentence) serta teknik eklektik (untuk unsur power). Anak tunalaras yang merupakan anak dengan penyimpangan perilaku disebabkan adanya hambatan emosi dan/atau sosial seringkali tidak diterima di lingkungannya. Mereka kerap distigmakan sebagai anak nakal dan pembuat onar. Hal ini berpengaruh tehadap harga diri (self esteem) mereka. Program konseling merupakan sebuah intervensi yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan harga diri pada anak tunalaras tersebut. Program konseling ini merupakan program dengan lima tema utama yang mengangkat tentang pemahaman potensi diri. Mulai dari Identify of Self Esteem, My Body:"I'm Strong!", My Mind: "I'm Smart!", My Soul: "I'm Noble!", dan I Love My Self: "I'm Perfect". Dengan menggunakan tiga teknik konseling, yakni client centered, behavioristik dan eklektik. Penelitian yang dilakukan di SLB E Prayuwanana Yogyakarta ini melibatkan dua subjek penelitian kelas enam dengan spektrum ketunalarasan agresif-destruktif dan inadequated immature dimension (nonagresif). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan uji hipotesis chi kuadrat (x2) yang juga membandingkan antara frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi dengan signifikansi 5%. Hasil penelitian menyatakan seluruh Ho diterima. Ini menyatakan bahwa tidak terdapat kesamaan pengaruh yang signifikan antara teknik harga diri client centered, behavioristik, maupun eklektik terhadap harga diri anak tunalaras secara umum ataupun berdasarkan unsur-unsur harga diri meliputi power, significance, virtue dan compentence. Dinyatakan bahwa anak agresif cocok diberikan program konseling dengan menggunakan teknik behavioristik (terhadap unsur power dan virtue) dan teknik eklektik (untuk unsur significance dan competence). Sedangkan bagi anak tunalaras nonagresif lebih sesuai menggunakan teknik konseling client-centered (untuk unsur virtue, significance dan compentence) serta teknik eklektik (untuk unsur power). 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a L Education (General) 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/94523/ 
787 0 |n http://repository.upi.edu 
856 |u https://repository.upi.edu/94523  |z Link Metadata