PENERAPAN MODEL DEBAT DALAM PEMBELAJARAN BUDAYA DEMOKRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran PKn di Kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persiapan, pelaksanaan, kendala, dan upaya serta bagaimana peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa setelah penerapan model debat dalam pembelajaran PKn. Komalasari mengemukakan bahwa model pembelajaran debat merupakan salah satu model pem...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2012-05-18.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persiapan, pelaksanaan, kendala, dan upaya serta bagaimana peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa setelah penerapan model debat dalam pembelajaran PKn. Komalasari mengemukakan bahwa model pembelajaran debat merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa yang salah satu indikatornya adalah kemampuan mengemukakan pendapat. Parera mengungkapkan bahwa seseorang dianggap telah bisa mengemuakan pendapat dengan baik apabila dia telah mengemukakan pendapat secara analitis, logis, dan kreatif serta dengan bahasa yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun teknik dalam pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, literatur dan catatan lapangan. Penelitian dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung sedangkan subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1. Hasil penelitian yang penulis peroleh adalah (1) Perencanaan pembelajaran model debat yang dilakukan guru yaitu penyusunan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta menyiapkan materi, metode, media, dan alat penilaian (2) Pelaksanaan model pembelajaran debat kelas dibagi menjadi dua kelompok pro dan kontra. Kemudian kedua kelompok memulai debat yang pelaksanaannya menggunakan kasus-kasus yang berkaitan dengan materi. (3) Kendala-kendala yang dihadapi guru adalah guru mengalami kesulitan membangun suasana kelas yang kondusif dan demokratis serta sulit mencari kasus atau isu-isu kontroversial yang menarik bagi siswa. Masih adanya siswa yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam proses debat di kelas dan siswa kesulitan dalam merangkai kata pada proses debat (4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi adalah guru mengoptimalkan peranmya sebagai fasilitator, pendorong, dan membimbing serta membangun suasana kelas yang demokratis dengan menciptakan pembelajaran yang interaktif. Guru berusaha mencari kasus-kasus menarik yang kontroversial. Guru juga memotivasi siswa untuk lebih aktif lagi dalam menanggapi, mengkaji kasus yang disajikan. Guru memberikan penjelasan dan pengarahan kepada siswa tentang bagaimana cara mengemukakan dan menanggapi pendapat. (5) Kemampuan mengemukakan pendapat siswa sudah meningkat. Hal ini bisa terlihat di lapangan, pada awalnya siswa mengemukakan pendapatnya asal-asalan, tetapi sampai siklus III mereka sudah mulai sistematis, logis, dan kreatif dalam mengemukakan pendapatnya. Kemudian pendapat yang tadinya disampaikan dengan bahasa yang kurang sopan dan emosi yang menggebu-gebu, pada siklus ketiga sudah bisa menyampaikan dengan bahasa yang santun dan tenang. Oleh karena dalam pembelajaran PKn sebaiknya menggunakan model debat untuk bisa melihat kemampuan mengemukakan pendapat siswa. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/95106/1/s_pkn_0802937_table_of_content.pdf http://repository.upi.edu/95106/2/s_pkn_0802937_chapter1.pdf http://repository.upi.edu/95106/3/s_pkn_0802937_chapter3.pdf http://repository.upi.edu/95106/4/s_pkn_0802937_chapter5.pdf http://repository.upi.edu/95106/5/s_pkn_0802937_bibliography.pdf |