PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP UNDERPRICING SAHAM PERDANADI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004-2008

• Main Author: Ridwan Haerudin, - (Author)
• Format: Book
• Published: 2010-08-30.
• Subjects: Thesis; NonPeerReviewed
• Online Access: Link Metadata
• Notes: http://repository.upi.edu/97045/1/s_pem_0607763_table_of_content.pdf; http://repository.upi.edu/97045/2/s_pem_0607763_chapter1.pdf; http://repository.upi.edu/97045/3/s_pem_0607763_chapter2.pdf; http://repository.upi.edu/97045/4/s_pem_0607763_chapter3.pdf; http://repository.upi.edu/97045/5/s_pem_0607763_chapter4.pdf; http://repository.upi.edu/97045/6/s_pem_0607763_chapter5.pdf; http://repository.upi.edu/97045/7/s_pem_0607763_bibliography.pdf
• Keywords: L Education (General)

Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena underpricing saham perdana yang terjadi di pasar modal Indonesia. Kondisi saham perdana yang underpriced merupakan suatu kerugian bagi perusahaan, sebab dengan demikian dana yang diperoleh perusahaan melalui penerbitan saham menjadi tidak maksimal, padahal penerbitan saham di pasar modal merupakan alternatif pendanaan untuk memperoleh dana besar dengan biaya yang lebih murah daripada sistem perbankan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan hutang (financial leverage) sebagai informasi yang dijadikan penilaian atas penetapan harga saham perdana yang cenderung rendah. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2004-2008. Di mana mayoritas perusahaan memiliki tingkat hutang yang cukup tinggi -nilai DER berada di atas angka 50%-. Selain itu, sebesar 88,4% saham perdana yang ditawarkan di tahun tersebut mengalami underpricing. Hasil penelitian menujukkan tidak terdapat pengaruh dari financial leverage terhadap underpricing saham perdana yang ditunjukkan oleh nilai t hitung yang lebih kecil daripada t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa informasi mengenai tingkat hutang yang digunakan perusahaan bukan merupakan satu-satunya aspek yang digunakan penjamin emisi dan investor dalam menilai calon emiten. Sehingga, bagi perusahaan yang memiliki hutang yang cukup besar masih dapat menentukan kesepakatan harga perdana yang cukup tinggi dengan penjamin emisi.