TANDA DAN MAKNA MITOS LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER DALAM KONSTRUKSI BUDAYA INDONESIA PADA CUITAN DI AKUN AUTOBASE TWITTER

Sistem autobase yang menjadi bagian dari budaya modern masyarakat di media sosial menjadi tempat bagi orang-orang untuk berkeluh kesah dan bertanya secara anonim. Hal ini menyebabkan tanda-tanda LGBT wajar digunakan oleh setiap kalangan masyarakat sehari-hari dengan pemaknaannya yang dianggap natura...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Hanna Mazaya Hadi, - (Author)
Format: Book
Published: 2023-06-27.
Subjects:
Online Access:Link Metadata
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!

MARC

LEADER 00000 am a22000003u 4500
001 repoupi_97087
042 |a dc 
100 1 0 |a Hanna Mazaya Hadi, -  |e author 
245 0 0 |a TANDA DAN MAKNA MITOS LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER DALAM KONSTRUKSI BUDAYA INDONESIA PADA CUITAN DI AKUN AUTOBASE TWITTER 
260 |c 2023-06-27. 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/1/S_IND_1903764_Title.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/2/S_IND_1903764_Chapter1.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/3/S_IND_1903764_Chapter2.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/4/S_IND_1903764_Chapter3.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/5/S_IND_1903764_Chapter4.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/6/S_IND_1903764_Chapter5.pdf 
500 |a http://repository.upi.edu/97087/7/S_IND_1903764_Appendix.pdf 
520 |a Sistem autobase yang menjadi bagian dari budaya modern masyarakat di media sosial menjadi tempat bagi orang-orang untuk berkeluh kesah dan bertanya secara anonim. Hal ini menyebabkan tanda-tanda LGBT wajar digunakan oleh setiap kalangan masyarakat sehari-hari dengan pemaknaannya yang dianggap natural, yaitu sebagai sebuah penyakit mental dan sosial. Meskipun diyakini benar oleh banyak orang di Indonesia, makna tersebut dibentuk melalui konstruksi sehingga ia merupakan mitos. Untuk melakukan demistifikasi atau pembongkaran mitos, perlu dianalisis tiga masalah: (1) tanda dan makna denotasi pada cuitan di akun autobase; (2) tanda dan makna konotasi pada cuitan di akun autobase; (3) mitos berdasarkan cuitan di akun autobase. Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis semiotika mitos Roland Barthes dan metode kualitatif deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah kartu data yang disesuaikan dengan teori. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik padan intralingual dan ekstralingual. Temuan dalam penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut. Pertama, tanda denotasi yang ditemukan adalah tanda yang terdapat dalam kamus maupun sumber definisi lain. Cuitan dengan tanda denotasi yang mengandung konsep LGBT lebih dominan dibandingkan dengan cuitan yang tidak mengandung konsep LGBT. Kedua, tanda konotasi LGBT mendapat bentuknya dari tanda denotasi dan menghasilkan makna baru, yaitu makna konotasi yang dapat bernilai negatif, positif, atau netral. Konotasi LGBT yang bernilai negatif lebih dominan dibandingkan dengan nilai positif dan netral. Ketiga, konstruksi mitos dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu (1) historis, (2) hukum, (3) ideologis, (4) sosial, (5) kepercayaan, dan (6) budaya. Berdasarkan tiga temuan tersebut, proses mitos berawal dari tanda dalam kamus yang mendapatkan makna dan nilai konotasi subjektif dari masyarakat. Subjektivitas yang dominan ini didukung oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sehingga menghasilkan mitos bahwa LGBT memang ada di masyarakat, tetapi hal tersebut tidak wajar, bersifat negatif, dan harus ditolak oleh masyarakat. The autobase system, which became part of modern society's culture on social media, is a space for people to rant and ask questions anonymously. This system causes LGBT signs to be used by every part of Indonesian society daily with its meaning, which is considered natural, namely LGBT as a mental and social illness. Even though many people in Indonesia believe it's true, the meaning is formed through construction, that's why it is a myth. To demystify or debunk the myths, three issues need to be analyzed: (1) denotative signs and meanings on tweets in autobase accounts; (2) connotative signs and meanings on tweets in autobase accounts; (3) myths based on tweets on autobase accounts. This study uses the theoretical approach of Roland Barthes' Myth and descriptive qualitative methods. The instrument used in collecting data is a data card customized from the theory. The collected data were then analyzed using intralingual and extralingual comparison techniques. The findings in this study will be detailed as follows. First, the denotation signs found are the ones in dictionaries or other sources of definitions. Tweets with denotations that contain LGBT concepts are more dominant than tweets with denotations that do not contain LGBT concepts. Second, the connotation sign gets its "form" from the denotation sign and produces a new meaning, namely the connotative meaning which the value can be negative, positive, or neutral. LGBT connotations with negative values are more dominant than positive and neutral values. Third, myth construction is affected by six factors, namely (1) historical, (2) legal, (3) ideological, (4) social, (5) belief, and (6) culture. Based on these three findings, the process of myth begins with signs in dictionaries that get subjective connotative meanings and values from society. This dominant subjectivity is supported by the factors that have been mentioned, resulting in the myth that LGBT undoubtedly exists in society, but is unnatural, negative in nature, and must be rejected by society. 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
546 |a en 
690 |a HN Social history and conditions. Social problems. Social reform 
690 |a PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania 
655 7 |a Thesis  |2 local 
655 7 |a NonPeerReviewed  |2 local 
787 0 |n http://repository.upi.edu/97087/ 
787 0 |n http://repository.upi.edu 
856 |u https://repository.upi.edu/97087  |z Link Metadata