SIKAP GURU SEKOLAH DASARTERHADAP PENYELENGGARAAN SEKOLAH INKLUSIF : Studi mengenai Pengaruh Jenis Sekolah, Latar Belakang Pendidikan Guru, Pelatihan Pendidikan Inklusif, Jumlah Siswa di Kelas, dan Pengalaman Menangani Anak Berkebutuhan Khusus terhadap Sikap Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang Penyelenggaraan Sekolah Inklusif
Pendidikan inklusif, dalam hal ini sekolah inklusif, sangat diperlukan agar setiap anak mendapatkan akses yang sama untuk memperoleh hak atas pendidikan. Dalam penyelenggaraannya, guru memiliki peran yang sangat strategis. Rumusan permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu: "Bagaimanakah sik...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Book |
Published: |
2010-08-31.
|
Subjects: | |
Online Access: | Link Metadata |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Pendidikan inklusif, dalam hal ini sekolah inklusif, sangat diperlukan agar setiap anak mendapatkan akses yang sama untuk memperoleh hak atas pendidikan. Dalam penyelenggaraannya, guru memiliki peran yang sangat strategis. Rumusan permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu: "Bagaimanakah sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif, yang meliputi komponen kognitif, afektif, dan konatif, dilihat dari jenis sekolah, latar belakang pendidikan guru, pelatihan pendidikan inklusif, jumlah siswa di kelas, dan pengalaman menangani anak berkebutuhan khusus?" Secara khusus, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah terdapat pengaruh jenis sekolah terhadap sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif?; (2) Apakah terdapat pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif?; (3) Apakah terdapat pengaruh pelatihan pendidikan inklusif terhadap sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif?; (4) Apakah terdapat pengaruh jumlah siswa di kelas terhadap sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif?; (5) Apakah terdapat pengaruh pengalaman menangani anak berkebutuhan khusus terhadap sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif?; (6) Bagaimanakah pilihan guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penempatan pendidikan bagi anak dari berbagai jenis dan tingkat kebutuhan khusus? Untuk mencapai tujuan penelitian, yakni memperoleh gambaran tentang sikap guru SD terhadap penyelenggaraan sekolah inklusif dan pengaruh jenis sekolah, latar belakang pendidikan guru, pelatihan pendidikan inklusif, jumlah siswa di kelas, dan pengalaman menangani anak berkebutuhan khusus terhadap sikap guru SD tersebut, penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat dengan sampel sebanyak 125 orang yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian non eksperimental ex post facto. Data penelitian diperoleh melalui teknik pengumpulan data berupa angket dengan menggunakan instrumen kuesioner. Data hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik rata-rata, Anova dan uji pasca Anova, serta persentase, sesuai dengan masing-masing pertanyaan penelitian. Beberapa simpulan hasil penelitian ini antara lain: (1) Guru-guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat memiliki sikap yang cukup positif terhadap penyelenggaraan sekolah inklusif, baik dalam sikap secara umum, dalam komponen kognitif, afektif, maupun konatif; (2) Jenis sekolah, pelatihan pendidikan inklusif dan jumlah siswa di kelas berpengaruh secara signifikan, tetapi latar belakang pendidikan guru dan pengalaman menangani anak berkebutuhan khusus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sikap guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat tentang penyelenggaraan sekolah inklusif; (3) Secara umum, SLB dipilih oleh sebagian besar guru SD di Kabupaten Kuningan Jawa Barat sebagai tempat mendidik anak berkebutuhan khusus; secara khusus, SLB lebih dipilih sebagai tempat mendidik anak-anak dengan kebutuhan khusus yang tergolong tingkat sedang sampai berat atau kebutuhan khusus yang tidak secara langsung berkaitan dengan masalah akademik, sedangkan SD umum lebih dipilih sebagai tempat mendidik anak-anak dengan kebutuhan khusus yang tergolong ringan, yang berkaitan langsung dengan masalah akademik, atau yang memiliki bakat intelektual dan bakat khusus lainnya. Beberapa saran yang penulis sampaikan, antara lain: (1) perlu peningkatan kegiatan pelatihan pendidikan inklusif dan pendampingan bagi para guru dalam menyelenggarakan sekolah inklusif; (2) perlu kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak-pihak yang berkompeten tentang penyelenggaraan sekolah inklusif; (3) perlu mengembangkan SLB menjadi Resource Center; dan (4) khusus bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kaitan sikap dengan perilaku, perlu mempertimbangkan faktor perceived dan actual behavioral control yang ada pada pemilik sikap, karena kedua faktor tersebut turut berperan dalam mewujudkan sikap menjadi perilaku. |
---|---|
Item Description: | http://repository.upi.edu/9744/1/t_pkkh_0707107_table_of_contents.pdf http://repository.upi.edu/9744/2/t_pkkh_0707107_chapter1.pdf http://repository.upi.edu/9744/3/t_pkkh_0707107_chapter2.pdf http://repository.upi.edu/9744/4/t_pkkh_0707107_chapter3.pdf http://repository.upi.edu/9744/5/t_pkkh_0707107_chapter4.pdf http://repository.upi.edu/9744/6/t_pkkh_0707107_chapter5.pdf http://repository.upi.edu/9744/7/t_pkkh_0707107_bibliography.pdf |